Memahami Muroqobah Dalam Tarekat


Muraqabah dapat diartikan mengawasi, menjaga, memelihara, mengawal, memperhatikan dan hidup dalam kesadaran bahwa diri senantiasa diawasi oleh Allah. Para Sufi menjelaskan lebih lanjut muroqobah merupakan penjagaan hati seorang Salik yang hanya tertuju kepada Allah, meninggalkan semua ingatan terhadap selain Allah, memelihara diri dari segala larangan Allah, yakin bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu dan menjalani kehidupan dengan menuruti segala perintahNya.

Muraqabah dalam pengertian teoritis berupa sikap mawas diri, tetap waspada dalam beribadah yang dilakukan kepada Allah. Hal itu hanya bisa diperoleh melalui pelatihan yang ketat dan continue, sedangkan Muraqabah dalam pengertian praktek hanya bisa diperoleh atas karunia Allah melalui bimbingan dari Guru Mursyid yang terus menerus mendo’akan muridnya agar selalu berada dalam karunia Allah SWT.

Muraqabah juga bisa didefinisikan sebagai usaha menjaga apa yang dikehendaki Allah dan mengendalikan hidup dalam kesadaran pengawasan diri yang istiqomah secara teguh dan penuh ketulusan. Sikap seperti ini akan berhasil apabila seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT senantiasa mengetahui semua perbuatanya, semua ucapannya, segala pengetahuannya dan fikirannya sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Al-Quran Al-Karim:
"Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur'an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." [QS. Yunus : 61]. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu [QS. Al Ahzab 33:52]. Adakah Zat yang Maha Menjaga tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya [QS. Ar Ra’da 13:33]. Apakah Manusia tidak mengerti bahwa Allah itu Maha Melihat? [QS. Al Alaq 96:14]. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu [Q.S. An Nisa 4:1].
Jika Muraqabah berarti menutup hati dari segala yang selainNya, menjauhkan ingatan terhadap segala yang selain dariNya, membuka semangat untuk menerima limpahan karunia Faidhz dan nikmat yang datang dari sisiNya, maka kita harus menutup apa yang harus ditutup dan membuka apa yang harus dibuka. Hal penting dalam muraqabah adalah menganggap dan menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah, lebih memilih kehendak dan keinginan Allah dari pada kehendak dan keinginan diri sendiri.

Berfikir lebih mendalam tentang Allah akan meningkatkan limpahan Faidhz karunia Rahmat Allah, menguatkan cinta seseorang terhadap Allah dan keinginan untuk menyembahNya dengan hati yang ikhlas dan takut serta gentar terhadapNya yang mana semua itu akan menyebabkan seorang salik kehilangan nafsu dan selera makan karena mengenangkan dosa-dosanya yang silam dan dia akan menjalani kehidupannya dengan lebih berhati-hati. Rasulullah SAW berdsaba: “Hendaknya engkau menyembah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia itu melihatmu” (H.R. Muslim)

Ketika Salik melepaskan seluruh ingatannya terhadap selain Alloh dan duduk menunggu limpahan keberkahan Faidhz. Cepat atau lambat Salik akan mulai merasa di dalam batinnya, kadang terasa panas, adakalanya terasa sejuk, kadang terasa bagaikan ada sesuatu yang bergetar dan adakalanya terasa gementar. Tetapi hendaklah semua itu jangan mempengaruhi pikirannya karena perhatiannya hanya harus diarahkan kepada Hadhrat Zat Allah yang melampaui segala rupa, bentuk dan kedudukan.

Pada intinya, sikap muroqobah mencerminkan keimanan kepada Allah yang besar, hingga menyadari dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tanpa kebimbangan, bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap gerak-geriknya, setiap langkahnya, setiap pandangannya, setiap pendengarannya, setiap yang terlintas dalam hatinya, bahkan setiap keinginannya yang belum terlintas dalam dirinya. Sehingga dari sifat ini, akan muncul pengamalan yang maksimal dalam beribadah kepada Allah SWT, dimanapun ia berada, atau kapanpun ia beramal dalam kondisi seorang diri, ataupun ketika berada di tengah-tengah keramaian orang
Wong Gunong Pendaki doyan ngopi :)
TERIMA KASIH KUNJUNGANNYA

Semoga atikel berjudul Memahami Muroqobah Dalam Tarekat ini bermanfaat. Jika ingin mengambil sebagian atau keseluruhan isi artikel, silahkan menyertakan dofollow link ke >>
Buka Komentar

0 response to "Memahami Muroqobah Dalam Tarekat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel