Menjadikan Zikir Sebagai Sumber Kekuatan
Manusia mempunyai empat elemen pada dirinya yaitu Ruh, emosi (nafsu), akal dan jasad. Ruh diturunkan kealam ini dalam jasad yang diciptakan dari tanah. Dia dibekali dengan nafsu dan akal. Manusia yang hanya hidup untuk kekuatan jasad, akal atau nafsu semata-mata akan tewas degan segala ujian hidup.
Kekuatan Ruh amat diperlukan untuk mengawal emosi, akal dan jasad. Kekuatan jasad amat lemah dan selalu mengikuti kata hatinya. Kekuatan daya intelek (IQ) juga terbatas, walau bisa merancang, arif dalam tindakan dan sebagainya, tetapi dalam kenyataan hidup banyak perkara diluar dugaan akal terjadi. Akal menjadi lemah apabila rencananya gagal, lemah apabila menghadapi musibah kematian, kesakitan, perpisahan dan sebagainya.
Kekuatan emosi juga tidak kuat jika tidak bersambung dengan Tuhan. Manusia akan menjadi kuat jika dia dapat berhubung dengan Allah SWT, tetapi bagaimana caranya agar bisa berhubung denganNya walaupun Dia lebih dekat dari leher (halkum) insan itu sendiri, sebagaimana firman Allah: "Dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya sendiri". (al-Qaf:16)
Kekuatan ruh dalam berhubungan dengan Allah berdasarkan mengingatNYA[dzikir]. Tanpa ingat[dzikir] padaNya, ruh tidak bisa berhubung denganNya, banyak manusia meninggalkan Tuhan tanpa disadari sedang Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Apabila ada kesusahan, baru manusia teringat padaNya merayu-rayu padanya, tetapi apabila mereka diberi kesenangan, mereka lupa padaNya.
Kaum sufi memulai pembinaan manusia dengan kekuatan ruh, bukannya akal atau emosi. Mereka membina kekuatan ingat[dzikir] pada Allah sehingga perasaannya terhadap Allah begitu mendalam.
Zikir yang bersungguh-sungguh menyebabkan ruh seseorang itu mempunyai dzauk atau asyik dengan Tuhannya. Tambatan hamba dengan Tuhan bukan sekedar hafalan sifat-sifatNya, tetapi lebih pada merasakan kemiripan sifat dengan Tuhan sehingga hati mereka gementar apabila disebut nama Allah, air mata mereka menitis apabila mengingatiNya. Mereka merasa rindu, cinta sehingga perasaan itu, menyebabkan emosi, akal dan jasad turut bersama-sama merasakannya.
Firman Allah swt: “Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu (bersama dan melindungi hambaNya)…. (Al-Baqarah:152)
Allah memberi jaminnan bahwa hamba yang kukuh jiwanya dengan Allah akan mendapat perlindunganNya dari gangguan syaitan. Zikir yang bersisilah dan dilakukan dengan teknik yang betul akan mensucikan hati pengamalnya dan meningkatkan ubudiyahnya kepada Allah. Semangkin tinggi ubudiyyah, semangkin tawadhuk dan semangkin kerdil hamba itu terhadap Tuhannya sehingga dia menuju ke tahap merasa hilang wujud diri (fana) , maka semangkin kuatlah Tenaga Illahi yang terlimpah pada qalbinya. Hal ini selaras dengan prinsip sains bahwa semangkin kecil suatu atom itu , maka semangkin hebat tenaga dan kuasanya.
Tenaga zikir adalah tenaga dari Illahi, ia mempunyai cahaya yang hebat yang datang dari alam Lahut. Energi zikir akan menyucikan segala kotoran pada qalbi sehingga qalbinya akan memancarkan cahaya alam Lahut yang tertutup selama ini disebabkan kekotorannya. Cahaya ini akan bersinar dan meningkatkan frekuensi cahaya jiwanya (mazmumah). Ia juga akan bergerak menguatkan Ruh Sultani yaitu cahaya akal sehingga akalnya mempunyai daya ketahanan yang kuat, berfikiran tajam dan kreatif. Getaran cahayanya yang tinggi ini juga akan menguatkan Ruh Jasmani atau tenaga dalam atau gelombang elektromagnet yang bergerak aktif dalam tubuhnya.
Gelombang atau tenaga inilah yang mengawal segala fungsi dan organ dalam tubuh manusia. Apabila tenaga ini terganggu atau lemah, maka ia akan mengakibatkan seseorang itu rentan terhadap serangan pelbagai penyakit. Tenaga dalam badan ini juga mampu mewujudkan medan magnetik yang disebut aura. Ia mengelilingi seluruh badan dan menjadi benteng pertahanan diri seseorang dan dapat memancarkan gelombang-gelombang di sekelilingnya baik positif ataupun negatif. Semangkin kuat tenaga elektromagnet dalam tubuh, semangkin kuatlah medan magnet atau benteng dirinya.
Kaum sufi berzikir dengan mengikuti jalur tertentu pada anggota tubuhnya dan dibuat berulangkali sehingga terasa kesan pada qalbinya seperti panas atau pedih. Hal ini sesuai denga hukum fisika yang menyatakan bahwa melakukan gerakan atau geseran pada tempat yang sama secara bolak-balik akan menghasilkan tenaga listrik. Tenaga yang diperoleh itu digunakan untuk penyucian ammarahnya. Seorang ahli zikir atau orang yang khusyuk dalam ibadah mempunyai ketenangan yang tinggi. Sains mengatakan semangkin tenang atau hening sesuatu objek itu, maka gerakan atom atau tenaga yang berhasil amatlah cepat. Justeru, semangkin seseorang itu tenang, tenaganya makin kuat dan cepat. Tenaga yang ada pada dirinya itu bisa digunakan perbagai keperluan zahir maupun batin.
Ingat ini dituntut oleh Allah dalam firmanNya yang berbunyi:
[1] "Hendaklah kamu ingat akan Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring". (An-Nisa:103)
[2] "Hendaklah kamu ingat Tuhan yang telah memeliharamu didalam hati dengan rasa hormat dan takut (serta harap akan kurnia-Nya) dengan tidak menyebut dimulut pagi dan petang (terus menerus) dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai".(al-A’raf:205)
[1] "Hendaklah kamu ingat akan Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring". (An-Nisa:103)
[2] "Hendaklah kamu ingat Tuhan yang telah memeliharamu didalam hati dengan rasa hormat dan takut (serta harap akan kurnia-Nya) dengan tidak menyebut dimulut pagi dan petang (terus menerus) dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai".(al-A’raf:205)
Buka Komentar
Tutup Komentar
0 response to "Menjadikan Zikir Sebagai Sumber Kekuatan"
Post a Comment