Hukum Memberi THR dan Santunan Dari Uang Masjid


Setiap menjelang hari raya idul fithri, takmir masjid biasanya membeli sarung atau pakaian yang lain untuk diberikan sebagai tunjangan hari raya (THR) kepada imam, khathib, mu`adzdzin atau pengurus masjid dengan menggunakan uang dari kas masjid.

Demikian juga apabila ada salah satu pengurus masjid yang meninggal, takmir mesjid memberikan santunan kepada keluarga mayyit dari uang kas masjid. Padahal uang kas masjid itu berasal dari infaq masyarakat untuk pembangunan atau pemeliharaan masjid.

Dari deskripsi kejadian diatas muncul pertanyaan sebagai beikut:
  1. Bagaimana hukumnya memberikan THR kepada pengurus masjid dari uang kas masjid?
  2. Bagaimana hukumnya memberikan santunan kepada keluarga pengurus masjid yang meninggal dari uang kas masjid?


Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut mari kita kaji bersama pendapat ulama fikih berikut:
  1. Fathul Mu`in Pinggir I`anatut Thalibin Juz 3 hal 182

    ويصرف ريع الموقوف على المسجد مطلقا أو على عمارته في البناء ولو لمنارته وفي التجصيص المحكم والسلّم وفي أجرة القيّم لا المؤذن والامام والحصر والدهن إلا إن كان الوقف لمصالحه فيصرف في ذلك لا في التزويق والنقش وما ذكرته من أنه لا يصرف للمؤذن والامام في الوقف المطلق هو مقتضى ما نقله النووي في الروضة عن البغوي لكنه نقل بعده عن فتاوي الغزالي أنه يصرف لهما وهو الأوجه كما في الوقف على مصالحه [فتح المعين هامش اعانة الطالبين جزء ٣ ص ١٨٢ ]

    Penghasilan dari wakaf masjid yang bersifat mutlak atau wakaf untuk imaratul masjid (kemakmuran masjid) ditasarufkan untuk bangunan walaupun untuk menara, pengapuran dinding agar kokoh, pembuatan tangga dan untuk upah kepada pengurus masjid, bukan mu`adzdzin, imam, karpet dan minyak. Kalau wakaf untuk kemaslahatan masjid maka boleh ditasarufkan untuk itu semua, kecuali untuk dekorasi dan ukir-ukiran. Apa yang saya sebutkan tentang hukum wakaf mutlak tidak boleh ditasarufkan untuk mu`adzdzin dan imam merupakan isi dari apa yang dikutip Imam Nawawi dalam Ar-Raudlah dari Al-Baghawi, tetapi sesudah itu Imam Nawawi mengutip dari Fatawi Al-Ghazali bahwa hal itu bisa ditasarufkan untuk keduanya, dan itu merupakan pendapat yang kuat, sebagaimana wakaf untuk kemaslahatan masjid.

  2. Ghayatu Talkhisil Murad Pinggir Bughyah hal 184

    (مسئلة) الموقوف على المسجد او على مصالحه يصرف منه للمؤذن والامام والدهن ونحوهم على المعتمد فى الفتوى بخلاف الموقوف على عمارته لايصرف منه شيئ لذلك. [غاية تلخيص المراد في هامش بغية المسترشدين ص ١٨٤ ]

    Masalah : Barang yang diwakafkan untuk masjid atau untuk kemaslahatan bisa ditasarufkan untuk mu`adzdzin, imam dan minyak dan sepadannya menurut pendapat yang kuat dalam fatwa, berbeda dengan barang yang diwakafkan untuk imaratul masjid maka tidak boleh ditasarufkan untuk itu semua.

  3. Bughyatul Mustarsyidin hal 66

    (مسئلة ك) قال الخطيب فى المغنى ويصرف الموقوف على المسجد وقفا مطلقا على عمارته فى البناء والتجصيص المحكم والسواري للتظليل بها والمكانس والمساحي لينقل بها الترب وفي ظلة تمنع حطب الباب من نحو المطر إن لم تضر بالمارة وفى أجرة قيّم لا مؤذن وإمام وحصر ودهن لأن القيم يحفظ العمارة بخلاف الباقي، فان كان الوقف لمصالح المسجد صرف من ريعه لمن ذكر لا لتزويقه ونقشه بل لو وقف عليها لم يصح اهـ . [بغية المسترشدين ص ٦٦]

    [Masalah] Al-Khathib di dalam Al-Mughni berkata: Wakaf mutlak untuk imaratul masjid ditasarufkan untuk pembangunan, pengapuran tembok agar kokoh, pembuatan tiang-tiang payung, pembelian sapu, pembelian sekop untuk memindahkan tanah, pembuatan payung untuk melindungi kayu dari kelapukan akibat hujan jika tidak mengganggu para pejalan dan untuk upah pengurus masjid, tidak ditasarufkan untuk upah mu`adzdzin, imam, karpet dan minyak, karena pengurus itu memelihara pembangunan masjid berbeda dengan lainnya. Kalau wakaf itu untuk kemaslahatan masjid maka boleh ditasarufkan untuk orang-orang tersebut tetapi tidak boleh untuk dekorasi dan ukir-ukiran, bahkan kalau diwakafkan untuk dekorasi dan ukir-ukiran itu hukumnya tidak sah.



Keterangan:
  1. Wakaf yang bersifat untuk Imaratul Masjid adalah harta wakaf yang diperoleh dari para wakif atau jariyah dari masyarakat yang ditujukan untuk membangun masjid, merehab masjid, mengecat masjid dan membangun bangunan yang termasuk bagian dari masjid, seperti bak air wudlu, kamar mandi dll.
  2. Wakaf masjid yang bersifat Mutlak sama dengan wakaf yang tertuju kepada Imaratul Masjid.
  3. Wakaf yang bersifat untuk Mashalihil Masjid adalah harta wakaf yang diperoleh dari masyarakat yang memang ditujukan untuk perawatan masjid, seperti uang kotak amal tiap jum`ah. Wakaf yang ini bisa ditasarufkan untuk menggaji imam, mu’adzdzin, khathib, membeli sarung tiap menjelang lebaran, membayar listrik, membayar PDAM, menggaji tukang sapu dsb.


Dari pendapat para ulama' fiqih diatas dapat diambil jawaban dari kedua pertanyaan tersebut sebagai berikut:
  1. Hukum memberikan THR kepada pengurus masjid dari uang kas masjid adalah boleh apabila kas masjid tersebut merupakan waqaf li mashalihil masjid (waqaf untuk pemeliharaan masjid seperti uang dari kotak amal) karena THR yang diberikan kepada pengurus masjid termasuk mashalihil masjid, dan tidak boleh menurut pendapat yang kuat apabila kas masjid tersebut merupakan waqaf muthlaq (seperti harta waqaf atau jariyah masjid dan sejenisnya).
  2. Hukum memberikan uang dari kas masjid kepada keluarga pengurus yang meninggal adalah boleh, dengan illat hukum dipersamakan dengan menggunakan uang dari kas masjid yang digunakan untuk membeli makanan yang dijadikan jamuan bagi tamu (ilhaqul masail bi nadha`iriha (إلحاق المسائل بنظائرها)
Wong Gunong Pendaki doyan ngopi :)
TERIMA KASIH KUNJUNGANNYA

Semoga atikel berjudul Hukum Memberi THR dan Santunan Dari Uang Masjid ini bermanfaat. Jika ingin mengambil sebagian atau keseluruhan isi artikel, silahkan menyertakan dofollow link ke >>
Buka Komentar

0 response to "Hukum Memberi THR dan Santunan Dari Uang Masjid"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel