Syayyidina Wa Murobbi Ruhina Abu Bakar as-Siddiq R.A.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah swt) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak Kami sediakan jalan yang mudah.” (al-Lail 5-7).
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertaqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya ( di jalan Allah swt) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi dia (memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhoan Tuhannya Yang Maha Tinggi.” (al-Lail 17-20)
Ibn al-Jawzi menyatakan bahwa seluruh ulama Muslimin dan para Sahabat yakin bahwa ayat-ayat tersebut merujuk kepada Abu Bakar. Di antara orang yang banyak, beliau dipanggil dengan sebutan “Al – Atiq, “artinya “yang paling shaleh dan dibebaskan dari api neraka.”
Baca juga tentang sejarah junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ
Ketika ayat 56 Surat al-Ahzab diturunkan, yaitu bahwa, “Allah swt dan malaikatnya bershalawat kepada Rasulullah, “Abu Bakar bertanya apakah beliau termasuk yang mendapat berkah tersebut. Kemudian ayat 43 diturunkan dan dinyatakan bahwa,
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (al-Ahzab 43)
Ibn Abi Hatim menerangkan bahwa ayat ke-46 Surah Ar-Rahman merujuk kepada Abu Bakar ash-Shiddiq
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (Ar-Rahman (46)
Dan “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (Al-Ahqaf (15-16) )
Ibn ‘Abbas berkata bahwa ayat ini merupakan deskripsi tentang Abu Bakar ash-Shiddiq, Allah swt memuliakan dan mengangkat kedudukannya di antara seluruh Sahabat Rasulullah saw. Selanjutnya Ibn ‘ Abbas mencatat bahwa ayat 158 Surah Al-Imran diturunkan dengan merujuk kepada Abu Bakar dan Umar, Mintalah nasihat mengenai masalah-masalah penting kepada mereka.” (Al-Imran (158))
Akhirnya, kehormatan terbesar bagi Abu Bakar yaitu dalam menemani Rasulullah dalam hijrahnya dari Makkah ke Madinah, ditunjukkan oleh ayat :
“Ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah swt beserta kita.” (At-Tawbah (40)
Sebagai tambahan terhadap pujian Allah kepadanya, Abu Bakar ash-Shiddiq juga menerima pujian dari Rasulullah saw dan para sahabatnya. Hal ini dicatat dalam banyak riwayat hadits yang terkenal.
Rasulullah bersabda,
“Allah akan menunjukkan Keagungan-Nya kepada orang-orang secara umum, tetapi Dia akan menunjukkannya secara khusus kepada Abu Bakar.”
“Tidak pernah matahari menyinari seseorang lebih terang daripada Abu Bakar, kecuali dia seorang nabi.”
“Tak satu pun yang diturunkan kepadaku yang tidak kuberikan dalam hati Abu Bakar.”
“Tidak ada seseorang pun dimana aku mempunyai kewajiban tetapi tidak perlu membayar utangku kembali kecuali Abu Bakar, karena Aku berhutang banyak kepadanya dan Allah akan menggantinya Hari Pembalasan nanti.”
“Jika aku akan mengangkat seorang sahabat karib (khalil) selain Tuhanku, aku akan memilih Abu Bakar.”
“Abu Bakar tidak mendahuluimu karena banyak melakukan shalat atau puasa, tetapi karena rahasia yang ada dalam hatinya.”
Bukhari meriwayatkan dari Ibn ‘Umar bahwa, “Di masa Rasulullah kita tidak mengenal seorang yang lebih tinggi daripada Abu Bakar ash-Shiddiq, lalu ‘Umar , dan ‘Utsman.”
Bukhari juga meriwayatkan dari Muhammad ibn al-Hanafiya (putra ‘Ali) bahwa, “Aku bertanya kepada ayahku, “Siapa orang terbaik setelah Rasulullah ?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakar
Aku bertanya, ‘Siapa lagi?’ Beliau berkata, ‘Umar ‘ Saya takut berikutnya beliau akan mengatakan ‘Utsman, jadi aku berkata, lalu bagaimana dengan engkau sendiri?’ Beliau menjawab, ‘Aku hanya orang biasa saja.”
Tabarani meriwayatkan melalui Mu’adz bahwa Rasulullah bersabda, “Aku mempunyai penglihatan spiritual di mana aku diletakkan di salah satu timbangan dan umatku berada di sisi yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian ‘Umar diletakkan di satu sisi dan umatku di sisi lain, ternyata Umar lebih berat. Kemudian Utsman diletakkan di satu sisi dan umatku di sisi lain, ternyata ‘Utsman lebih berat. Lalu timbangan itu terangkat.”
Penguasa yang beriman, terangkanlah kepada kami tentang Abu Bakar.” Beliau menjawab, “Beliau adalah orang yang Allah panggil dengan sebutan ash-Siddiq di lidah Rasulullah dan beliau salah seorang khalif (penerus) Rasulullah. Kita menerimanya untuk agama kita dan kehidupan dunia kita.”
Banyak hadits lain yang menunjukkan pencapaian Abu Bakar ash-Siddiq yang lebih tinggi dibandingkan para Sahabat yang lain.
Abu Bakar merupakan teman terbaik dan sahabat tercinta dari Rasulullah. Selama hidupnya beliau diberkati untuk menjadi orang yang pertama dan utama, baik dalam hal keyakinan, dukungan, ataupun cinta terhadap Rasulullah. Untuk itu beliau diberi kehormatan dengan gelar ash-Siddiq, atau yang benar.
Beliau adalah orang dewasa pertama yang merdeka yang menerima islam dari tangan Rasulullah. Beliau tidak pernah bergabung untuk menyembah berhala yang dilakukan para leluhurnya. Beliau memeluk islam tanpa keraguan. Bertahun-tahun kemudian Rasulullah mengingatkan, “Setiap kali Aku menawarkan Islam kepada seseorang, orang itu selalu menunjukkan keengganan atau keraguan dan mencoba untuk berargumentasi. Hanya Abu Bakar yang menerima Islam tanpa keraguan dan argumentasi.”
Beliau yang pertama dalam hal dukungan spiritualnya. Beliau selalu kukuh dalam memberi dukungannya selama masa-masa sulit di Makkah. Beliau yang pertama berbicara ketika terjadi kejadian-kejadian di luar pemahaman akal, khususnya di antara Muslim baru, seperti halnya dalam kasus Isra’ dan Mi’raj. Kemudian di Madinah ketika perjanjian Hudaybiya ditandatangani, hanya Abu Bakar yang kukuh imannya. Beliau menasehati para sahabatnya agar tidak bersifat kritis, melainkan tetap patuh dan setia kepada Rasulullah.
Beliau juga yang pertama dalam hal bantuan material. Ketika Muslim lain yang memberi banyak harta untuk memperkuat iman mereka, Abu Bakar adalah orang yang pertama yang memberikan seluruh harta yang dimilikinya. Ketika ditanya apa yang ditinggalkan untuk anak-anaknya, beliau menjawab, “Allah dan Rasulullah.” Ketika mendengar ini ‘Umar berkata, “Tidak ada yang bisa melebihi Abu Bakar dalam memberi pelayanan kepada Islam.”
Beliau juga yang pertama dalam hal keramahan dan belas kasihan kepada mukmin pengikutnya. Sebagai pedagang yang sangat makmur, beliau selalu memperhatikan orang yang lemah dan miskin. Beliau membebaskan 7 orang budak sebelum meninggalkan Makkah di antaranya termasuk Bilal. Beliau bukan hanya membelanjakan uangnya yang sangat banyak untuk membebaskan mereka tetapi beliau juga membawa mereka ke rumahnya dan mendidik mereka.
Ketika beliau menjabat sebagai khalifah beliau berkata, “Tolonglah Aku, Jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku salah. Orang –orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah, haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat diantara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, Aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya. Patuhilah Aku selama Aku patuh kepada Allah dan Rasulullah, bila Aku tidak mematuhi Allah swt dan Rasulullah saw, jangan patuhi Aku lagi.”
Di masa-masa awal agama islam, penafsiran mimpi dianggap sebagai praktek spiritual. Hanya mereka yang mempunyai hati yang suci dan penglihatan spiritual yang bisa mengalami mimpi yang bermakna, dan hanya mereka yang hatinya suci dan mempunyai penglihatan spiritual yang dapat menafsirkan mimpi tersebut. Abu Bakar merupakan penafsir mimpi yang terkenal. Rasulullah saw sendiri hanya akan berkonsultasi dengan beliau dalam mencari kejelasan tentang mimpi kenabiannya.
Sebelum perang Uhud, Rasulullah saw dalam mimpinya melihat bahwa beliau menggembalakan ternak, tetapi beberapa di antaranya telah disembelih. Pedang yang beliau pegang patah. Abu Bakar menafsirkan bahwa binatang yang telah disembelih menunjukkan adanya kematian beberapa Muslim, dan pedang yang patah menandakan akan ada salah satu kerabat Rasulullah saw yang meninggal. Sayangnya kedua produksi ini menjadi kenyataan dalam perang Uhud.
Abu Bakar juga seorang penyair sebelum menjadi Muslim. Beliau dikenal dengan deklamasinya yang luar biasa dan ingatannya yang sempurna terhadap puisi yang panjang yang menjadi kebanggaan bangsa Arab. Kualitas ini menjadikan beliau menonjol dalam Islam. Bacaan Qur’annya sangat jelas dan menyentuh sehingga banyak orang yang masuk Islam hanya karena mendengar bacaan beliau ketika sedang berdo’a. Orang-orang Quraisy berusaha melarang beliau berdo’a di halaman rumahnya untuk menghindari agar orang-orang tidak mendengarnya.
Juga karena ingatannya, banyak Hadits penting yang sampai pada kita sekarang. Di antaranya adalah hadits yang menunjukkan tata cara shalat yang benar dan menjelaskan secara spesifik mengenai proporsi yang tepat dalam zakat. Tetapi tetap saja di antara ribuan Hadist yang telah dibuktikan kesasihannya, hanya 142 saja yang berasal dari Abu Bakar. Putri beliau, ‘Aisya menyatakan bahwa ayahnya mempunyai buku berisi lebih dari 500 Hadist tetapi suatu hari beliau menghancurkannya. Pengetahuan yang tetap disembunyikan oleh Abu Bakar adalah yang berhubungan dengan pengetahuan surgawi, ‘Ilmu-I-ladunni, yang menjadi sumber bagi pengetahuan para Wali, pengetahuan yang hanya dapat diteruskan dari hati ke hati.
Meskipun beliau seorang yang lemah lembut, beliau juga menjadi orang pertama dalam pertempuran. Beliau memberi dukungan kepada Rasulullah saw dalam semua kampanye baik dengan pedang maupun dengan nasihatnya. Ketika yang lain gagal dan melarikan diri, beliau tetap berada di sisi Rasulullah yang tercinta. Diriwayatkan bahwa suatu ketika. ‘Ali bertanya kepada para sahabat siapa yang mereka anggap paling berani. Mereka menjawab bahwa bahwa ‘Ali-lah yang paling berani. Tetapi beliau menjawab, “Bukan! Abu Bakar-lah yang paling berani. Dalam perang Badar di mana tidak ada satu pun yang berdiri untuk menjaga Rasulullah shalat, Abu Bakar berdiri untuk menjaga Rasulullah shalat, Abu Bakar berdiri dengan pedangnya dan tidak membiarkan musuh mendekat.”
Sudah tentu beliau yang menyusul Rasulullah sebagai Khalifah dan pemimpin yang jujur. Beliau mendirikan Departemen Keuangan Umum (Baytul-I-mal) untuk memelihara orang miskin dan orang yang membutuhkan. Beliau juga yang pertama dalam mengkompilasi seluruh Al-Qur’an dan menyebutnya sebagai “Mushaf.”
Dalam hal transmisi spiritual, beliau adalah orang pertama yang memberi instruksi dalam metode membaca Kalimat (La ilaha ill-Allah) yang keramat untuk memurnikan hati dengan cara berdzikir dan sampai sekarang, metode itu masih dilakukan dalam thariqat Naqsybandi.
Meskipun Allah swt memuliakan Abu Bakar dengan menjadikannya orang yang pertama segala hal, Allah bahkan memberinya kemuliaan lebih banyak ketika beliau memilih untuk menjadi yang kedua. Karena Abu Bakar satu-satunya sahabat Rasulullah dalam hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Mungkin sebutan akrab bagi beliau adalah “yang kedua di antara berdua ketika mereka berada dalam gua,” Aku berharap suatu hari nanti, seluruh amal dalam hidupku akan setara dengan amalnya.”
Ibn ‘Abbas berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw sakit. Beliau pergi masjid ke masjid dengan kepala yang ditutupi sehelai kain. Beliau duduk di mimbar, dan berkata, “Jika Aku harus mengangkat seseorang sebagai teman akrabku (khalil), Aku akan memilih Abu Bakar, tetapi teman terbaik bagiku adalah persahabatan dalam Islam, “Kemudian beliau memerintahkan agar semua pintu rumah di sekitar masjid yang terbuka ke arah masjid Rasulullah agar ditutup kecuali pintu milik Abu Bakar. Dan pintu itu tetap terbuka sampai hari ini.
Keempat Imam dan Masyaikh Naqshbandiyya memahami dari Hadits tersebut bahwa seseorang yang mendekati Allah swt melalui ajaran dan tauladan Abu Bakar akan menemukan dirinya melewati satu-satunya pintu yang tetap terbuka kepada Kehadirat Rasulullah.
Dari Kata-katanya
“Tidak ada pembicaraan yang baik jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah. Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah swt. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”
“Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah swt), kekayaan dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati.”
“Waspadalah terhadap kebanggaan sebab kalian akan kembali tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”
Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdo’a kepada Allah swt dan berkata, “Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang –orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada dipikirkan oleh orang – orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakana.”
“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”
Suatu hari beliau memanggil ‘Umar dan menasehatinya sampai Umar menangis. Abu Bakar berkata kepadanya, “Jika engkau memegang nasehatiku, engkau akan selamat, dan nasihatku ‘Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya.”
“Mahasuci Allah yang tidak member hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidakberdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu.”
Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin (sepertihalnya Rasulullah saw) antara Maghrib dan Isya’ pada tanggal 22 Jumadil Akhir, 13 AH. Semoga Allah SWT memberkatinya dan memberinya kedamaian. Rasulullah pernah berkata kepadanya Abu Bakar, engkau akan menjadi orang pertama dari ummatku yang masuk Surga.”
Rahasia Kenabian diteruskan dari Abu Bakar kepada penerusnya Salman al Farisi.
0 response to "Syayyidina Wa Murobbi Ruhina Abu Bakar as-Siddiq R.A."
Post a Comment