Nabi Muhammad ﷺ
Ketika Allah memerintahkan Pena untuk menulis, ia bertanya, “Apa yang harus kutulis?” dan Allah bersabda, “Tulis ‘La Ilaha III-Allah.”’ Kemudian Pena menulis “La Illaha III-Allah” selama 70.000 tahun dan kemudian berhenti. Satu hari Allah sebanding dengan 1000 tahun, hari manusia. Kemudian Allah memerintahkan untuk menulis kembali, dan Pena bertanya, “Apa yang harus kutulis?” dan Allah menjawab, “Tulislah Muhammadun Rasul-Allah.” Dan Pena berkata, “O Allah, siapakah Muhammad ini, yang Kau tulis namamu disebelahnya?” Allah berkata, “Kau harus tau bahwa kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan Mencipta apapun.” Sehingga Pena menulis Muhammadun Rasul-Allah untuk 70.000 tahun berikutnya.
Kapan Allah memerintahkan Pena menulis? Kapan menulisnya ? Kapan penulisan “La ill-Allah Muhammadun Rasul-Allah” terjadi? Tidak ada yang tahu. Sebutan nama Nabi oleh Allah Yang Maha Kuasa, terjadi sebelum adanya ciptaan apapun, dan realitasnya terjadi sebelum Keabadian. Itulah alasan sebutan Nabi , “kuntu Nabiyyan wa adamu bayni-I-ma’i wa-t-tin” – “Aku adalah seorang Nabi ketika Adam berwujud antara air dan tanah.”
Ia ﷺ adalah seorang Manusia Sempurna. Ia ﷺ adalah Penutup bagi semua nabi dan utusan. Apa yang bisa dikatakan hamba yang lemah untuk menghormati Tuan dari para Utusan? Kalau bukan karenanya, tidak seorangpun yang mengetahui Allah, Yang Maha Kuasa. Tidak akan serat alam semesta dijalin seperti yang sudah tercipta. Karena itu, Pena tidak bisa menggambarkan kesempurnaan dari Manusia yang Paling Sempurna, Pemimpin dari semua pemimpin, Raja dari semua Raja, Sultan dari semua Sultan Kehadirat Illahi.
Ia ﷺ adalah jantung Kehadirat illahi. Ia adalah jantung dari Esensi Keunikan. Ia adalah Tanda bagi Keesaan dan Tanda Keesaan itu sendiri. Ia ﷺ adalah Rahasia dari Semua Rahasia. Ialah satu-satunya yang disapa oleh Allah Yang Maha Kuasa, karena ialah satu-satunya yang Bertanggungjawab di Kehadirat Allah dengan perkataan, “Kalau tidak karenanya, Aku tidak akan menciptakan apapun.” Semua ciptaan itu diberikan kepada Nabi sebagai tanda kehormatan dari Allah. Maka dari itu, Nabi ﷺ bertanggungjawab atas ciptaan tersebut, yang merupakan wujud kehormatan dan kepercayaannya. Untuk alasan itulah ia menjadi satu-satunya yang disapa di Kehadirat Illahi.
Status tunggal Nabi ﷺ adalah jantung dari Inti kalimat tauhid [Lailaha ill-Allah Muhammadun Rasul-Allah] dan dasar bagi Sufisme. Nabi adalah “ruh tunggal” yang disebut dalam ayat Qur’an, “[O Manusia] CiptaanMu dan kebangkitanmu adalah satu ruh individual “[31:28]. Nabi adalah “kehidupan tunggal” yang diwakili dalam ayat, “Jika seseorang menggelincirkan orang lain …. Seperti menggelincirkan semua orang: Dan jika seseorang menyelamatkan satu kehidupan maka seperti menyelamatkan hidup semua orang.” [5:32]
Terlebih lagi, Nabi ﷺ, merujuk pada tanggung jawab beliau dalam hadits: a’malakum tu’radi’alayya kulla yaum, “Semua perlakuanmu diperlihatkan kepadaku setiap hari. Kalau baik, aku berdoa untuk kalian; kalau buruk, aku mohonkan ampunan Allah untuk kalian.” Artinya Nabi ﷺ menjadi penanggungjawab seluruh Komunitasnya dihadapan Tuhan. Maka, “ialah satu-satunya yang diajak bicara.” Itulah makna Perantaraan. Allah mensitir perantaraan ini pada ayat, “Kalau saja, ketika mereka tidak adil kepada diri mereka sendiri, datang kepadaku dan mohon ampunan Allah, dan seorang Utusan memohon ampunan bagi mereka, maka mereka pasti akan dapatkan Allah Kembali, Maha Pengampun” [4:64]
Biografi, sabda dan perilaku beliau ﷺ yang terhormat tidak akan pernah tercakup dalam buku. Tapi kita dapat katakan bahwa beliau ﷺ adalah Muhammad ﷺ ibn Abdullah ibn Abdul Muttalib ibn Hashim dimana garis keturunannya berasal dari Ibrahim. Ia ﷺ dilahirkan di Mekah Al-Mukarrama pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal, 570 Hijriyah, pada tahun Gajah. Ibu beliau ﷺ, Sayyida Amina, ketika melahirkannya melihat cahaya dari tubuhnya yang membuat semua kegelapan menjadi terang seperti Persia. Hal yang dilakukan sesaat lahir adalah bersujud. Ayah beliau ﷺ wafat sebelum ia lahir. Ia ﷺ dirawat oleh Thuayba dan kemudian oleh Halima as-Sa’diyya, dimana ia ﷺ tinggal bersamanya selama empat tahun.
Beliau ﷺ mengembara bersama pamannya ﷺ ke Syam (Damascus). Di perjalanan, mereka melewati Basra dimana seorang pendeta bernama Buhaira yang tinggal di sebuah kuil dekat situ, berkata pada paman beliau, “Bawalah ia kembali, karena akan lebih aman baginya. “Saat itu ia berumur 12 tahun. Beberapa tahun kemudian beliau kembali pergi ke Syam bersama Maysara, untuk berdagang bagi Khadija. Mereka sukses. Maysara memberitahu Khadija tentang kekuatan dan intuisi dagang beliau yang hebat sehingga ia tertartik, melamar dan diterima beliau, dimana saat itu beliau berusia 25 tahun dan Khadija berusia 40 tahun.
Beliau ﷺ dikenal seluruh kaumnya sebagai Sadiq al-Amin, Yang Benar dan Terpercaya. Saat usia 35 tahun, Suku Quraish merenovasi rumah Allah, Kabah. Terjadi perselisihan soal siapa yang akan meletakkan Batu Hitam suci diantara mereka (hajaru-I-aswad) ditempatnya.
Saat itu insipirasi dan wahyu datang kedalam hatinya. Beliau ﷺ selalu berada dalam maqam penglihatan spiritual tapi tidak berwenang membicarakannya. Beliau lebih memilih menyendiri di sebuah gua di gunung al-Hira untuk kontemplasi dan meditasi. Beliau ﷺ memilih khalwat sebagai cara mencapai Kehadirat Illahi dari Allah YME. Ia ﷺ menghindari segala keterkaitan, bahkan dengan keluarganya. Ia selalu bermeditasi dan muraqobah, terapung dalam Samudera Zikir Hati. Beliau ﷺ memutuskan diri sepenuhnya dari segala hal, sampai datang kepada beliau cahaya Allah, yang memberikan kebahagiaan sepenuhnya.
Kedatangan tersebut memberikan cermin wahyu bagi peningkatan kemurnian dan pencerahan, sampai beliau memperoleh tingkat tertinggi kesempurnaan dimana beliau mengamati terbitnya suatu ciptaan baru. Tanda-tanda keindahan terus bersinar, menyebar dan menghiasi alam semesta. Pohon, batu, bumi, bintang, matahari, awan, angin, hujan dan hewan biasa menyapa beliau ﷺ dalam bahasa Arab seraya berkata, “as-Salam ‘aalayka Ya Rasul-Allah” – “Damai bagimu, O Nabi Tuhan.”
Di usia 40, ketika berdiri diatas Gunung Hira , di horizon muncul suatu bentuk tidak beliau kenal, yang berkata kepada beliau, “O Muhammad, aku Jibril dan Kau adalah Nabi Tuhan yang telah diutusNya kepada bangsa ini. “Kemudian Jibril memberikan secarik kain sutera yang dihiasi dengan permata dan berkata, “Baca.” Beliau ﷺ bertanya lagi, “Apa yang harus aku baca?” Jibril kembali memeluk beliau dan berkata,
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam 1590, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [96:1-5].
Kemudian Jibril memintanya turun ke lembah dibawah kaki gunung tersebut; meletakkan beliau disebuah batu putih besar dan memberikan dua jubah hijau. Kemudian Jibril memukul bumi dengan kakinya sehingga memancarkan air yang digunakan sebagai pembersih malaikat dan beliau ﷺ sendiri. Jibril mengambil air di telapak tangannya dan menyiramkan ke wajah Nabi ﷺ. Wali-wali Sufi mengatakan air tersebut adalah pertanda bahwa Nabi ﷺ diberikan wewenang untuk menyebarkan Pengetahuan akan Rahasia Hadirat Illahi Allah kepada manusia, baik secara fisik atau secara spiritual. Kemudian Jibril melakukan dua rakaat shalat dan berkata pada Nabi ﷺ, “Inilah cara untuk menghamba, “dan kemudian menghilang.
Nabi ﷺ kembali ke Mekah dan bercerita kepada istrinya apa yang terjadi. Ia percaya dan menjadi muslim pertama. Kemudian ia pergi bersama Nabi ﷺ ke Waraqah bin Nawfal, sepupunya yang tergolong sebagai seseorang yang berpengetahuan spiritual. Nabi ﷺ bercerita tentang kejadian yang dialaminya. Iapun percaya dan menjadi laki-laki pertama yang percaya Nabi. Ia berkata, “Ia adalah Ruh Suci yang datang pada Musa. Apakah aku akan hidup ketika kaummu mengusirmu dari Mekah?” Mendengar hal itu, Nabi bertanya, “Apakah kaumku akan mengusirku keluar Mekah?” menjawab, “Ya, hal itu sudah tertulis.”
Kemudian Abu Bakar menjadi seseorang yang beriman, diikuti oleh Ali. Nabi ﷺ memberikan nasehat kehidupan di depan umum dan nasehat khusus kepada ihsan pada kesempatan yang lebih pribadi (karakter baik yang sempurna). Abu Huraira berkata dalam suatu hadits otentik Bukhari, “Nabi telah mengisi hatiku dua jenis pengetahuan: yang satu aku bagikan pada manusia dan yang lain, kalau kubagikan, maka leherku taruhannya.”
Pengetahuan yang dimaksud Abu Huraira adalah tersembunyi yang dibagikan oleh Nabi kepada para Sahabatnya. Beliau ﷺ tidak memberikan wewenang pada mereka untuk berbagi karena hal itu adalah pengetahuan rahasia hati. Melalui rahasia ini semua Guru Rantai Emas Naqsyabandi dan semua Sufi lainnya menerima pengetahuan mereka. Pengetahuan ini didapat melalui hati ke hati, baik melalui Abu Bakar as-Siddiq atau Ali.
Selama tiga tahun seiring dengan bertambahnya jumlah Muslim mereka beraktifitas di masjid Dar al-Arqam untuk mengajar, beribadah dan bersembunyi. Kemudian Nabi ﷺ diperintahkan untuk menyiarkan agama secara terbuka. Allah menurunkan sebuah surat Qur’an yang menantang siapapun untuk menyamai surat tersebut. Para ahli puisi, pemimpin dan orang-orang terkenal mencobanya hingga akhirnya menyerah.
Orang-orang yang belum beriman tersebut datang ke paman beliau dan berkata, “Beri kami Muhammad untuk kami bunuh. “ Paman beliau membalas, “Tak ada yang bisa menjamahnya selama aku masih hidup.” Mereka menyiksa semua yang beriman kepada beliau. Mereka menculik istri, membunuh anak-anak dan memperkosa anak perempuan beriman. Orang muslim baru menderita berbagai kesulitan di tangan orang-orang yang tidak beriman. Selama tigabelas tahun Nabi ﷺ tinggal di Mekah nenyiarkan agama Allah.
Orang-orang yang tidak beriman ini meminta suatu keajaiban atau tanda dari surga. Nabi membelah sebuah bulan purnama menjadi dua didepan mata mereka. Beberapa percaya dan sebagian tidak. Setelah itu pembersihan berlanjut dan sebagian Muslim meminta ijin berimigrasi. Mereka berimigrasi ke Ethiopia, yang Rajanya memberikan perlindungan dan melalui pengaruh mereka menjadi seseorang yang beriman kepada Nabi. Mereka tinggal selama lima tahun sebelum yang lain kembali ke Mekah. Paman Nabi ﷺ dan kemudian istrinya Khadija al-Kubra wafat. Mereka adalah pendukung terkuat beliau ﷺ sehingga tahun itu menjadi tahun kesedihan.
Satu setengah tahun kemudian, beliau ﷺ diperintahkan ke Hadirat Allah YME. Dari Mekah ke Jerusalem (Quds) beliau ﷺ ditemani oleh Malaikat Jibril. Dari Jerusalem beliau ke surga dengan kendaraan Buraq. Semua nabi dari semua tingkatan surga menyambutnya.
Beliau ﷺ naik lebih tinggi lagi sampai beliau ﷺ mendengar suara goresan pena sedang menuliskan Perjanjian Tuhan. Beliau ﷺ mendekati Hadirat Illahi lebih dekat lagi sampai Jibril berkata, “Ya Rasul Allah, Nabi ﷺ berkata , “O Jibril, temani aku!” Jibril menjawab, “Aku tak bisa, atau aku akan terbakar oleh Cahaya Allah. ”Sehingga Muhammad ﷺ yang Paling Sempurna dari Yang Sempurna meneruskan perjalanan tersebut seorang diri. Didorong oleh kecintaannya pada Hadirat Illahi Allah, beliau ﷺ berjalan terus mendekat, hingga mencapai Maqam Fana di lima tingkat yang berbeda.
Dari satu maqam ke maqam yang lain, Nabi ﷺ maju kedalam Rahasia Hadirat Allah. Dari satu maqam ke maqam berikutnya memakan waktu 50.000 tahun. Beliau ﷺ melewati Samudera Pengetahuan Illahi yang luas, yang Allah YME ciptakan, sampai akhirnya beliau ﷺ melebur sepenuhnya didalam Kehadirat Allah melihat hanya Allah. Kemudian Allah memanggilnya untuk kembali pada keabadian setelah beliau ﷺ mencapai maqam fana. Beliau ﷺ kembali dan Allah bersabda, “O Muhammad, lebih mendekat.”
Dari sini dipahami bahwa Nabi ﷺ, setelah mencapai Maqam Fana, dipanggil Allah dengan sebutan namanya, yang berarti bahwa beliau terlahir kembali bersama Kehadirat Allah. Beliau ﷺ begitu dekat dengan Cahaya Illahi sehingga beliau ﷺ “berjarak dua busur atau lebih dekat” [53:9]. Allah bertanya, “Siapa dirimu, O Muhammad?” Ketika itu Nabi ﷺ tidak sadar akan diri beliau dan menjawab: “Kau, O Tuhanku. “Inilah suatu kesempurnaan maqam tanpa asosiasi manusia dengan Allah. Hal ini merupakan tanda kesempurnaan Tauhid (Keesaan), saat tiada eksistensi apapun selain KeagunganNya, KeberadaanNya, ZatNya, Dirinya.
Dari pengetahuan rahasia para wali Sufi, Shaykh Nazim al-Haqqani menceritakan beberapa kejadian dalam perjalanan suci Nabi ﷺ tersebut. Pengetahuan Nabi ﷺ yang Abu Huraira maksud dalam hadits berupa pengetahuan yang diturunkan dari kalbu Abu Bakar as-Siddiq. Nabi berkata, “Apapun yang Allah berikan kedalam hatiku, aku berikan kepada as-Siddiq. “Pengetahuan ini kemudian diturunkan kepada para wali Sufi Naqshbandi dan menjadi warisan spiritual mereka.
Shaykh Nazim al-Haqqani berkata, “Pada malam Kenaikan, Allah Yang Maha Esa berkata pada Nabi ﷺ, O…Muhammad, Aku telah menciptakan semua demi dirimu, dan Aku serahkan semuanya kepadamu. Saat itu Allah mengijinkan suatu kekuatan agar Nabi ﷺ melihat semua ciptaannya dengan semua cahaya dan semua kenikmatan yang Allah telah anugerahkan kepada MakhlukNya berupa hiasan Nama Sebutan, Cinta Illahiah dan Keindahannya.
Muhammad ﷺ kagum atas ciptaan yang Allah berikan. Allah berkata pada beliau, “Ya Muhammad, apa kau bahagia dengan ciptaan ini?” Beliau ﷺ menjawab, ‘Ya, Tuhanku.’ Allah berkata, ‘Aku memberikannya padamu dengan Kepercayaan untuk memelihara, bertanggungjawab dan mengembalikannya padaKu sesuai kondisi sekarang ini.’ Muhammad ﷺ memperhatikan semua itu dengan kebahagiaan karena mereka diterangi dengan cahaya indah, kemudian berkata, O’Tuhanku, aku menerima.’ Allah berkata, ‘Apa kau menerima? ‘Beliau ﷺ menjawab, ‘Aku menerima, aku menerima.’ Ketiga kalinya beliau menjawab, Allah memperlihatkan dosa-dosa dan segala bentuk penderitaan, kegelapan dan kelalaian yang akan dialami manusia.
“Penglihatan ini membuat Muhammad ﷺ terbebani dan berpikir bagaimana beliau ﷺ akan mengembalikan semua ini kepada Tuhannya sebersih awalnya. Ia ﷺ berkata, Oo.. Tuhanku, apa ini?’ Allah menjawab, Oo..Kekasihku, ini adalah tanggungjawabmu. Kau harus mengembalikannya sebersih saat Aku serahkan.’ Kemudian Muhammad ﷺ berkata, Oo..Tuhanku, berikan aku pembantu untuk ikut membersihkan mereka, menyucikan ruh mereka, untuk menyelamatkan mereka dari kegelapan dan kelalaian untuk menuju maqam pengetahuan, kebaikan, kedamaian dan cinta.’
“Kemudian Allah Yang Maha Esa, memberikan penglihatan dimana dari ciptaan tersebut Allah memilih 7,007 wali-wali Naqsyabandi. Allah berkata, O’ Kekasihku, O Muhammad, para wali ini adalah Wali Terpilih yang Aku ciptakan untuk menjaga ciptaanKu. Dari kelompok para wali tersebut, ada 313 wali yang memilih berkedudukan tertinggi dan tersempurna di Kehadirat Illahi. Mereka adalah pewaris 313 Utusan. Kemudian Aku memberimu 40 wali yang akan memilih kekuatan pilihan dan menjadi Pilar bagi semua wali. Mereka akan menjadi Guru dimasanya dan menjadi Pewaris Rahasia Realitas.’
“Di tangan para wali ini, siapapun akan terobati dari lukanya, baik didalam maupun diluar. Para wali ini akan membawa semua Bangsa dan Ciptaan tanpa ada keletihan. Setiap wali tersebut adalah Ghawth (Busur Perantara) pada masanya, dimana dibawah mereka akan berjumlah 5 Qutub (5 pilar Spiritual).’
“Nabi ﷺ senang dan berkata, Oo.. Tuhanku, beri aku lebih. Kemudian Allah memperlihatkan 124,000 wali sambil berkata, “Para wali ini adalah pewaris 124,000 nabi. Masing-masing adalah pewaris dari seorang nabi. Mereka juga akan membantumu membersihkan Bangsa ini.’
“Pada peristiwa kenaikan Kehadirat Illahi Nabi ﷺ, Allah membuatnya mendengar suara manusia. Suara itu berasal dari teman dan Sahabat terdekatnya, Abu Bakar as-Siddiq. Nabi ﷺ diperintah Allah untuk memerintahkan Abu Bakar as-Siddiq memanggil semua para wali Naqsyabandi: ke 40, ke 313, dan ke 7,007, dan semua pengikutnya dalam bentuk spiritual mereka ke Hadirat Illahi. Semuanya akan menerima Cahaya dan Keberkahan yang agung.
“Allah memerintahkan Nabi ﷺ, yang kemudian memerintahkan Abu Bakar, memanggil ke 124,000 wali dari 40 Terekah lainnya beserta pengikutnya untuk diberi Cahaya di Kehadirat Illahi. Semua Shaykhs beserta para pengikutnya mulai nampak di pertemuan tersebut. Allah meminta Nabi untuk memandang mereka dengan cahaya dan kekuatan Kenabiannya serta mengangkat mereka ke maqam Siddiqin, yang Terpercaya dan Terbenar. Allah berkata pada Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ berkata pada para wali, ‘Kalian dan pengikut kalian akan menjadi bintang yang bercahaya diantara manusia untuk menebarkan cahaya yang telah kuberikan kepada Nabi ﷺ, tapi tidak ada ijin untuk diceritakan.
Malam itu, Allah memerintahkan Nabi ﷺ untuk melaksanakan 50 shalat setiap hari tapi kemudian dikurangi menjadi 5 shalat per hari melalui saran Nabi Musa. Beliau ﷺ kembali dari Perjalanan Malam tersebut dan Abu Bakar as-Siddiq adalah pertama percaya. Kaum yang tidak beriman berharap mencemohnya dengan permintaan agar beliau ﷺ menjelaskan kota Jerussalem. Beliau ﷺ menjelaskannya dengan rinci sehingga mereka malu.
Penghinaan terhadap Nabiﷺ dan para Sahabatnya semakin gencar sehingga Allah mengutus Pembantu atau Ansar dari Madinah. Islam mulai menyebar dikalangan suku dari oasis kecil yang letaknya tidak jauh dari Mekkah ini. Allah memberi ijin kaum beriman untuk hijrah ke Madinah, rumah bagi kaum Ansar. Abu Bakar juga ingin hijrah tetapi Muhammad ﷺ melarangnya, “Jangan pergi dulu, tunggu dan mungkin kau akan pergi denganku. Ada peristiwa penting yang harus terjadi.”
Malam itu Nabi ﷺ lari dengan Abu Bakar dan meninggalkan Ali untuk menggantikan beliau ﷺ di ranjangnya ﷺ. Di perjalanan mereka bersembunyi di Gua Tsur (Thawr). Abu Bakar berkata, “O Nabi, jangan masuk, aku akan masuk dahulu. “Ia merasa ada hal berbahaya didalam sehingga memilih untuk masuk dahulu. Ia mendapatkan sebuah lubang didalam gua. Ia memanggil Nabi ﷺ untuk masuk dan meletakkan kakinya di lubang tersebut. Nabiﷺ masuk dan menaruh kepalanya ﷺ di paha Abu Bakar. Seekor ular didalam lubang mulai menggigit kaki Abu Bakar. Ia berusaha tidak bergerak meskipun dalam kesakitan.
Air mata mengalir di pipinya dan jatuh ke wajah Nabi ﷺ. Hal ini disitir didalam Qur’an: “Beliau ﷺ berkata, Jangan sedih karena Allah bersama kita.” [9:40] dan beliau ﷺ juga berkata, “Bagaimana kalau kita berdua ini bertiga bersama Allah?” [57:5]. Abu Bakar berkata pada Nabi ﷺ, “O Nabi Tuhan, aku tidak sedih tapi kesakitan. Seekor ular sedang menggigit kaki dan aku kuatir akan menggigitmu. Aku menangis karena hatiku terbakar olehmu dan demi keamananmu.”
Nabi ﷺ senang dengan jawaban Sahabatnya ﷺ sehingga memeluk Abu Bakar as-Siddiq, meletakkan telapaknya di dadanya memberikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya kedalam hati Abu Bakar as-Siddiq. Maka dalam sebuah sebuah hadits ia bersabda “Apapun yang Allah berikan kedalam hatiku, aku berikan kepada Abu Bakar.”
Grandshaykh Muhammad Nazim al-Haqqani berkata, “Setelah itu Nabi ﷺ meletakkan telapak yang satunya di kaki Abu Bakar as-Siddiq dan mengucapkan, Bismillah ir-Rahman ir-Rahim, dan kaki langsung sembuh. Beliau ﷺ memerintahkan ular itu untuk keluar diam melingkar didepan Nabi. Kemudian Nabi berkata kepada ular tersebut, ‘Tidaklah kau tahu bahwa tubuh Siddiq dilarang untukmu? Kenapa kau menggigit kaki Sahabatku?”
Dengan berbahasa Arab ular itu menjawab, ‘Ya Nabi Allah, bukankah semua ciptaan ada karenamu dan untuk cintamu? Ya Nabi, aku juga mencintaimu. Ketika Allah mengatakan bahwa bangsa terbaik adalah bangsamu, aku memohon kepadaNya untuk memperpanjang umurku dan memberiku kehormatan agar dapat berada diantara bangsamu dan memandang wajahmu.
Dan Allah mengabulkannya sehingga ketika Abu Bakar meletakkan kakinya di lubang, hal ini menutupi mataku. Aku ingin agar ia memindahkan kakinya agar aku bisa melihatmu. Nabi berkata, Pandang aku sekarang dan puaskan keinginanmu. Ular itu memandang dan memandang, setelah beberapa lama, ia mati, Nabi ﷺ memerintahkan Jin untuk membawa pergi dan mengubur ular tersebut.”
Maulana Shaykh Nazim berkata, “Semua itu adalah rahasia yang telah diturunkan kedalam hati para Wali Naqsyabandi.” Dan melanjutkan: “Kemudian Nabi ﷺ berkata pada Abu Bakar, ‘tidak perlu untuk berhenti di gua ini tapi suatu peristiwa penting terjadi disini. Cahaya akar Pohon spiritual yang akan menyebar ke seluruh umat, yaitu Cahaya yang datang langsung dari Hadirat Illahi, akan muncul dari sini. Allah telah memerintahkanku untuk menyalurkannya kedalam hatimu dan keseluruh pengikut Naqsyabandi Sufi.’
“Pada masa itu, jalan ini belum disebut dengan Naqsyabandi, tetapi Anak-anak Abu Bakar as-Siddiq, maka dari itu para wali menyebutnya dengan ‘Bapak’ jalan ini.
“Kemudian Allah meminta Nabi ﷺ agar memerintahkan Abu Bakar as-Siddiq memanggil semua Guru Rantai Emas yang menjadi pewaris Abu Bakar. Para Grandshaykhs Rantai Emas dari masanya hingga masa Mahdi. Seluruhnya dipanggil dari Dunia Ruh. Kemudian ia diperintahkan memanggil 7,007 Wali Naqsyabandi. Dan Nabi memanggil ke 124,000 nabi.
“Melalui perintah Nabi ﷺ, Abu Bakar as-Siddiq memerintahkan seluruh grandshaykh mengumpulkan semua pengikutnya untuk hadir secara spiritual. Kemudian Abu Bakar as-Siddiq memerintahkan semua Shaykhs menggandeng tangan pengikutnya untuk menerima inisiasi (bay’at). Ia menaruh tangannya diatas tangan mereka, dan kemudian Allah meletakkan tangannya, Kekuatan Tangan Abu Bakar as-Shiddiq ra (Qudrat), diatas mereka semua. Allah sendiri meletakkan talqeen az-Zikr ke lidah semua yang hadir. Perintah Allah selanjutnya kepada Nabi ﷺ ialah meminta Abu Bakar as-Siddiq ra agar memerintahkan semua wali dan pengikutnya yang hadir untuk mengulang apa yang mereka dengar dari Suara Kekuatan :
ALLOH ALLOH ALLOH
“Semua yang hadir mengikuti Shaykhs mereka dan para Shaykhs mengikuti apa yang mereka dengar dari ucapan Nabi. Kemudian Allah YME mengajarkan rahasia Zikir, yang dikenal dengan Khatmil-Khawajagan, kepada Abdul Khaliq al-Ghujduwani, yang memimpin zikir pertama diantara para wali jalan ini. Nabi memberitahu Abu Bakar, yang kemudian memberitahu semua wali bahwa Abdul Khaliq al-Ghujduwani adalah pemimpin dari Khatmil-Khawajagan. Setiap orang diberi kehormatan untuk menerima cahaya dan rahasia dari Khwaja Abdul Khaliq al-Ghujdawani, dihadapan semua wali, Abu Bakar as-Siddiq, Nabi ﷺ, dan Allah.”
Maulana Shaykh Nazim mengatakan bahwa, “Siapapun yang inisiasi (bay’at) oleh kami atau menghadiri zikir kami harus tahu bahwa ia berada didalam gua tersebut di saat yang penuh hidayah dihadapan Nabi ﷺ, dan bahwa ia menerima semua rahasia tersebut kemudian. Rahasia tersebut diturunkan pada kami dari para guru Rantai Emas , melalui Abu Bakar as-Siddiq ra.”
Abu Bakar as-Siddiq merasa sangat bahagia dan kagum dengan kejadian di gua tersebut, dan ia mengerti kenapa Nabi ﷺ memilihnya untuk menemani dalam hijrahnya ﷺ. Para Syaikh Naqshbandi berpendapat bahwa kejadian di gua itu merupakan landasan bagi Tariqat. Bukan saja menjadi sumber wirid harian tetapi juga menjadi ruh bagi seluruh anggota Jalan tersebut yang hadir saat itu.
Setelah kejadian di gua tersebut, mereka terus hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Mereka tiba di Quba, suatu desa dekat Madinah, pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal, dan tinggal untuk beberapa hari. Disanalah Nabi ﷺ membangun masjid pertama. Mereka meneruskan perjalanan pada hari Jum’at setelah melaksanakan Shalat Jum’at di Quba. Itulah pelaksanaan shalat Jum’at pertama. Beliau ﷺ memasuki Madinah bersama kelompoknya sambil mengumandangkan takbir (ALLAHU AKBAR) dan tahmid (AL-HAMDU LILLAH) dengan gairah dan kegemberiaan orang-orang sekitarnya. Ia pindah ketempat dimana unta-untanya berhenti dan membangun masjid dan rumahnya. Beliau ﷺ menjadi tamu rumah Abu Ayyub al-Ansari hingga mesjidnya berdiri.
Ketika Nabi ﷺ datang ke Madinah, kota itu penuh dengan penyakit. Setibanya beliau ﷺ, penyakit-penyakit itu hilang. Berikut ini adalah urutan singkat peristiwa-peristiwa besar selama sepuluh tahun berikutnya.
Tahun Pertama – Nabi ﷺ terinspirasi memanggil umat untuk shalat melalui suara manusia atau Azan.
Tahun Kedua – Beliau ﷺ diperintahkan untuk mengumumkan puasa bulan Ramadhan, mengarah ke Kabah di Mekkah waktu shalat, dan bukan mengarah ke Jerussalem seperti sebelumnya. Tahun ini beliau ﷺ melakukan Perang Badar melawan kaum yang tidak percaya.
Tahun Ketiga – Nabi ﷺ melawan kaum yang tidak percaya di Uhud.
Tahun Keempat – Perang Bani Nadeer terjadi dan turun ijin untuk menyingkat shalat selama perjalanan dan peperangan. Alkohol diharamkan. Diijinkan berTayammum, atau berwudhu dengan pasir kalau tidak ada air dan “shalat khusus (prayer in fear)”.
Tahun Kelima – Terjadi perang Khandaq dan penyeberangan Banu Quraizah dan Mustaliq.
Tahun Keenam – Terjadi Perjanjian Hudaibiyya dan Sumpah Kesetian – inisiasi (bay’at) Sufi – dibawah sebuah Pohon. Rukun kelima dari agama yaitu kewajiban Haji, juga datang di tahun in.
Tahun Ketujuh – Terjadi perang Khaibar.
Tahun Kedelapan – Terjadi Mu’ta yaitu penaklukan secara damai kota Makkah dan perang Hunayn.
Tahun Kesembilan – Terjadi perang Tabuk dan as-Siddiq naik haji Disebut sebagai Tahun Wufud.
Tahun Kesepuluh – Nabi ﷺ mensiarkan apa yang dikenal dengan Haji Perpisahan.
Tahun Kesebelas – Nabi ﷺ Wafat.
Gambaran tentang Penampilan Suci
Nabi Muhammad ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ
Allah YME menghiasi Nabi ﷺ dengan Cahaya Illahiah dan AkhlakNya. Sabda Allah, “Sungguh engkau bersifat mulia” [68:4]
Nabi ﷺ bertubuh sedang dan berbau tegap. Warna kulitnya ﷺ terang. Berdahi lebar dam alisnya ﷺ tebal tidak bersambung., ditengahnya mengkilat perak. Matanya ﷺ besar. Giginya ﷺ putih bagai mutiara. Rambutnya ﷺ tidak keriting ataupun lurus tapi diantaranya. Lehernya ﷺ jenjang. Dadanya ﷺ bidang, tidak terlalu berdaging.
Warna dadanya ﷺ terang dan antara uluhati dan pusarnya ada segaris bulu. Selain segaris bulu tersebut, dadanya ﷺ tidak berbulu Bahunya ﷺ lebar dan berbulu halus. Di bahunya ﷺ tertera dua stempel Kenabian. Sahabatnya ﷺ sering melihatnya. Bahu kanannya ﷺ terdapar tanda hitam indah ditumbuhi bulu sekitarbta, mirip bulu kuda. Lengan atasnya besar. Pergelangannya ﷺ panjang, demikian juga jari-jarinya ﷺ.
Telapaknya ﷺ lebih lembut dari sutra. Setiap saat beliau ﷺ meletakkan telapaknya ﷺ di kepala seseorang, keluarlah wangi segar darinya. Setiap kali beliau ﷺ berjalan, gumpalan awan mengikuti dan melindungi beliau ﷺ dari panas matahari. Keringat beliau ﷺ bagaikan mutiara putih yang beraroma segar. Sahabat mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.
Nabi ﷺ lebih sering menunduk daripada menengadah. Siapapun yang melihatnya ﷺ dari jauh terkagum-kagum dan siapapun yang mengenal beliau ﷺ akan mencintainya. Beliau ﷺ sangat indah baik dari penampilan luar maupun dalam.
Amir ibn al-As said, “Tidak ada yang paling kucintai lebih dari Nabi ﷺ begitu juga tidak ada yang lebih anggun dari beliau ﷺ di mataku. Keindahan beliau ﷺ begitu terang sehingga aku tidak bisa berlama-lama melihat wajah beliau ﷺ, sehingga kalau aku diminta menggambarkan beliau ﷺ, aku tidak akan mampu karena aku tidak cukup lama memandang beliau ﷺ.”
Nabi ﷺ adalah seorang yang paling pemberani, jujur dan dermawan. Beliau ﷺ seringkali berjalan sendiri diantara para musuh tanpa pengawalan. Beliau ﷺ tidak pernah takut akan apapun di dunia ini. Beliau ﷺ adalah orang paling sederhana, tulus dan saleh. Beliau ﷺ lebih memilih diam daripada berbicara dan tidak pernah berbangga diri, meski beliau ﷺ seorang pembicara yang fasih.
Allah menganugerahkan Nabi keahlian berpolitik dan keahlian dalam masalah pribadi. Meski beliau tidak mampu baca tulis. Allah mengindarkannya dari sifat lalai, mengajarkan etika dan perilaku terbaik.
Beliau ﷺ adalah orang paling lembut, toleran, pengampun, seperti Allah. Sendiri menyebutnya “Terbaik dan Paling Pengampun” [9:128]. Beliau ﷺ tersenyum dan berkelakar secara sopan dengan setiap orang. Dalam kesendirian beliau ﷺ selalu menangis dan memohon ampunan bagi umatnya pada Allah. Beliau ﷺ selalu bertafakur dan bermeditasi mengingat Allah dengan berzikir.
Beliau ﷺ sering berjalan bersama janda dan yatim piatu. Beliau ﷺ menunjukkan kerendahan hati pada kaum yang tidak beriman, mendoakan agar mereka kelak beriman. Seseorang berkata pada beliau ﷺ“ Doakan kepada Allah untuk mengutuk kaum yang tidak beriman. “Beliau ﷺ menjawab, “Aku tidak diutus untuk mengutuk tapi memohon ampunan. Aku akan berdoa agar mereka dibimbing karena ketidaktahuan mereka.”
Beliau ﷺ membawa setiap orang kepada Allah. Beliau ﷺ tidak pernah memperlakukan kaum miskin dan tidak pernah takut akan raja. Beliau ﷺ selalu memilih jalan termudah menurut kehendak Allah [2: 185, 20:2]. Beliau tidak pernah tertawa keras bahkan tanpa suara dan selalu berkata, “Layani kaummu.” Beliau ﷺ sering memerah susu kambing, melayani keluarga, menambal baju, berjalan tanpa alas kaki, mengunjungi yang sakit, meski mereka kaum yang tidak beriman atau hipokrit, berziarah ke makam kaum beriman, rajin menyapa, melatih pedang, panah, berkuda, naik unta, keledai serta bersimpati dan makan bersama kaum miskin.
Beliau ﷺ selalu menerima pemberian dengan senang hati, meski itu hanya sesendok yogurt dan kemudian membalasnya. Tidak pernah makan dari uang sedekah tapi justru langsung memberikannya pada kaum miskin. Tidak pernah menyimpan satu dinar atau satu dirham di rumahnya kecuali memberikannya kepada kaum miskin. Beliau ﷺ tidak akan pulang sebelum membagikan semua rizki dari Allah.
Beliau ﷺ sangat baik terhadap keluarga dan teman. Beliau memaksa teman-temannya berjalan di depan sementara beliau ﷺ di belakang. Kata beliau ﷺ, “biarkan punggungku untuk malaikat.” Dalam berteman, beliau ﷺ selalu sabar dan cenderung malu. Siapapun yang berbantah dengan beliau ﷺ akan melihat kesabaran ini dan tidak pernah balik membantah mereka yang menghina. Tidak pernah melawan orang yang marah kepadanya atau berkata kasar. Tidak pernah marah untuk dirinya dan hanya marah karena alasan Allah. Beliau ﷺ bisa makan bersama para pembantunya. Beliau ﷺ tidak pernah menampar dan menghukum suatu kesalahan tapi selalu memaafkan. Pembantunya, Anas berkata, “Selama hidupku, beliau ﷺ tidak pernah sekalipun bertanya kenapa kau lakukan ini atau kenapa kau tidak lakukan itu?”
Pakaian Nabi Muhammad ﷺ
Beliau ﷺ memakai apa yang ditemui, katun atau wol tapi seringkali katun. Beliau senang warna hijau. Abu Huraira berkata, “Beliau ﷺ mengenakan kemeja panjang dan longgar, burda, Habra, jubba, dan memakai turban dengan tudung wajah, izar, dan rida’.” Jabir ibn Samurah berkata, “Aku melihat Nabi ﷺ di cahaya bulan. Saat itu beliau ﷺ memakai jubah merah dan aku memandang dengan cermat antara beliau ﷺ dan bulan. Ternyata, beliau ﷺ terlihat lebih indah dari bulan itu sendiri.”
Beliau ﷺ memakai turban putih, hitam dan merah dengan ekor dibelakangnya. Imam Tabari mengatakan “beliau ﷺ berturban sepanjang tujuh lengan.” Beliau ﷺ memiliki turban yang disebut dengan Sihab (Awan) yang diberikan pada Ali. Beliau ﷺ memakai cincin perak berukir kalimat “Muhammadun Rasul-Allah di tangan kanan.” Beliau ﷺ memakai khuffs (kaos kaki kulit). Beliau ﷺ senang dengan parfum dan aroma wewangian.
Beliau ﷺ tidak pernah nyaman dan enggan bertempat tidur karena ingin bertempat tinggal di dunia berikutnya. Kasurnya ﷺ terbuat dari dedaunan dan jubah besarnya ﷺ adalah alas duduknya ﷺ. Kadang beliau ﷺ tidur di tikar alang-alang langsung di lantai.
Mukjizat Nabi Muhammad ﷺ
Bulan terbelah lewat perintahnya sebagai tanda kepada kaum yang tidak percaya. Dari jarinya keluar air yang digunakan untuk air minum dan pembersih diri seluruh tentara. Dari sebuah cangkir kecil, keluar air yang merubah padang pasir menjadi sebuah oase. Dahan pohon dimana beliau ﷺ duduk dibawahnya, merunduk sebagai rasa cinta seraya beliau ﷺ berdiri untuk pergi. Mimbar dimana beliau ﷺ berkhotbah sering mengeluarkan suara sedu sedan tangisan untuknya ﷺ. Di tangan beliau ﷺ, batu menguji Allah sampai terdengar oleh semua orang. Hewan berkeluh kesah kepada beliau ﷺ. Kijang dan sering bersaksi atas kenabiannya ﷺ.
Beliau ﷺ meramal anak perempuannya, Fatimah, akan menjadi orang pertama yang meninggal setelah dirinya. Beliau ﷺ meramal bahwa Uthman Dhu-n-Nurayn, khalifah ketiga dan mantu lelakinya akan dibunuh. Beliau menyiarkan pembunuhan al-Aswad bin Annasi pada malam wafatnya ﷺ, di Sana’a, jauh dari Yaman. Beliau ﷺ menyiarkan kematian Raja Persia kepada para Sahabat tepat pada saat kejadian. Beliau ﷺ memakan daging beracun tapi tetap hidup meski orang lain yang makan bersamanya langsung meninggal. Mukjizat lain yang tak terhitung tidak bisa disebut satu persatu.
Sabda-sabda Nabi Muhammad ﷺ
Tidak seorangpun dapat menghitung dengan cermat sabda-sabda beliau ﷺ. Meski lautan adalah tinta dan pepohonan adalah pena, tidak seorangpun dapat menuliskan semua sabda Nabi Muhammad ﷺ. Beribu dan ratusan ribu hadits beliau ﷺ telah dituliskan dari sabdaNya ﷺ dan dikenal dengan ‘Ilm al-Hadist atau Ilmu Penulisan Kenabian.
Beliau berkata: “Allah memberi pahala sesuai perbuatan mereka.”
“Allah bersabda, siapapun yang melawan salah satu WaliKu, akan Kuperangi.”
“Semua wali Allah berada dalam kubahNya (lindungannNya).
Tak seorangpun tahu kecuali Dia.”
“Dekatlah dengan kaum miskin (miskin spiritual) karena mereka
memiliki pemerintahan sendiri.”
“Jadilah orang tak dikenal dan tamu di dunia ini,
dan jadikan masjid rumahmu, dan ajarkan hatimu kebaikan, dan perbanyak
mengingat dan menangis.”
“Berapa banyak orang menyambut awal hari tanpa melihat akhir hari,
dan mengharap hari esok yang tidak akan sampai?”
“Berkata benar, meski engkau merugi?”
“Permudah segalanya dan jangan dipersulit. Bicara baik dan jangan
membuat orang lari.”
“Allah bersabda, ‘O Anak Adam, kalian akan mendapat apa yang
Kalian maksud, dan kalian akan bersama dengan
yang lebih kalian cintai.”
“Jaga Allah dan Dia akan menjagamu. Jaga Allah sebelum kalian.
Kalau perlu pertolongan, minta kepadaNya.”
“Tegaslah di dunia dan Allah akan mencintaimu. Tegaslah dengan
hal yang ada di tangan rakyat dan mereka akan mencintaimu.”
“Orang yang berpikir sempurna adalah
yang paling takut akan Allah.
“Hati-hati dengan dunia karena hal itu adalah ilmu hitam.”
“Tahan diri kecuali dari ucapan baik.”
“Berikan Kepercayaan dan jangan berkhianat.”
“Kalau Allah mencintai seseorang, Dia akan memberi kesusahan.”
“Kalau Allah ingin kebaikan bagi hambanya, Dia akan memandumu
kepada seseorang yang akan menunjukkan jalan.”
“Maafkan, dan Allah akan memaafkanmu.”
“Jadilah pemaaf, maka Allah akan memaafkanmu.”
“Penerima hukuman terberat di Hari Pengadilan ialah
orang terpelajar yang kasar.”
“Penerima hukuman terberat di Hari Pengadilan ialah orang terpelajar
yang ilmunya tidak bermanfaat baginya.”
“Mintalah ampunan dan kesehatan kepada Allah.”
“Rahasiakan tindakanmu.”
“Pendosa besar ialah orang yang lidahnya selalu berbohong.”
“Semua Ciptaan adalah hamba Allah. Yang paling disayangNya ialah
orang yang menolong saudaranya.”
“Perbuatan terbaik adalah ketika orang aman dari lidah dan tanganmu.”
“Selama kalian mengucap ‘La ilaha ill-Allah’ (tiada Tuhan selain Allah)
maka dihapuskan hukuman Allah darimu dan diubahlah kau menjadi baik.”
“O Manusia, apa kalian tidak malu menimbun lebih dari yang dapat
kalian makan, dan membangun rumah lebih dari yang kalian
butuhkan untuk tinggali?”
Wafatnya Nabi Muhammad ﷺ
Beliau wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal. Berkafan pakaian malam, beliau ﷺ dimandikan oleh Sayyidinas ‘ Ali, ‘ Abbas ibn ‘ Abd al Muttalib dan kedua putranya, Qutham dan Fadl, ‘Usama bin Zaid dan Shakran menyiramkan air yang dibawa dari sumur oleh Awwas Khazraji. Ketika mereka memandikan, jasad beliau ﷺ berbau wangi sehingga ‘Ali terus berucap: “Demi Allah, apa yang akan kuberikan untukmu! Betapa manis dan utuh dirimu, dalam keadaan hidup atau mati!”
Para Sahabat beliau ﷺ masuk kedalam rumahnya untuk menyalatkan, diikuti oleh wanita dan anak-anak. Beliau dimakamkan di tempat wafatnya, yaitu rumah ‘Ayesha. Abu Talhah Zayd ibn Sahl menggali kuburnya dan mereka yang memandikan, menurunkan jasad beliau yang penuh berkah ke liang lahat. Kemudian makam itu ditutup, diratakan dan disirami air.
Semua orang berduka cita, lidah mereka terkunci. Dunia seakan gelap. Tak ada yang tahu harus berkata apa. Ruh Suci – malaikat Jibril – tidak akan datang lagi membawa wahyu. Wafatnya Nabi ﷺ merupakan musibah terbesar bagi setiap Sahabat. Banyak orang menangis dan meraung. Tetapi Allah mengirim pendukung bagi agamaNya, karena beliau adalah Penutup Para Nabi ﷺ.
Allah mengirimkan seorang Pembaharu (mujaddid) agama ini dari abad ke abad. Menurut kami, wali yang satu ke lainnya atau setiap grandshaykh Naqshbandi bagikan sebuah bayangan Nabi ﷺ. Mereka membangun kembali (agama) dan melatih para pencari menemukan Tuhan mereka, seperti latihan yang diberikan kepada para Sahabat.
Rahasia dukungan kuat Tuhan dan panduan yang murni diturunkan Muhammad kepada sahabat tersayangnya, Abu Bakar as-Siddiq. Apa yang diberikan Nabi ﷺ kedalam hati Abu Bakar tidak diketahui siapapun. Semoga Allah mengirimkan lebih banyak CahanyaNya kepada Nabi kita ﷺ! Beliau ﷺ diutus sebagai Ampunan bagi umat manusia dan rahasianya diwarisi oleh satu wali ke wali lainnya untuk mendukung agama ini dan untuk membawa rahasinnya kedalam hati umat manusia.
Semoga kita diakui sebagai ummat beliau Nabi Muhammad ﷺ, Wahai nabiku engkau mahluk sempurna semoga sholawatulloh beserta salamNYA senantiasa tercurah kepadaMU wahai nabiku nabi pemberi syafaat nabi yang diutus sebagai Rahmat. Betapa aku rindu kepadamu, tetapi dosaku menghalangiku bertemu dengan dirimu yang suci. Oh... Nabiku Nabi Muhammad ﷺ
Baca juga hal-hal penting berikut:
- Artikel tentang Amaliyah
- Artikel tentang Sufi
- Artikel tentang Thoriqoh An Naqsabandiyah
- Artikel tentang Ubudiyah
- Artikel tentang Hutbah
- Artikel tentang Sholawat
- Artikel tentang Ilmu Hikmah
- Artikel tentang Motivasi