Murobbi Ruhina Syayyidina Salman al – Farisi R.A.
Salman al Farisi dikenal sebagai “Imam”, “Pewaris Islam” ,Hakim yang
bijaksana” , “Ulama yang Berpengetahuan Luas” , “Ahlul Bayt”, Semua
julukan tersebut diberikan kepadanya oleh Nabi Muhammad ﷺ
Salman Al-Faisi ra, selalu berdiri tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan untuk membawa Nur ala Nur, Cahaya Diatas Cahaya, dan menyebarkan Rahasia Hati. Mengangkat manusia dari kegelapan kepada Cahaya. Beliau adalah seorang sahabat Nabi saw yang terhormat, yang menuliskan Enam Puluh Tradisi, Sunah Nabi Sallallahu alayhi wassalam.
Salman Farisi ra, berasal dari keluarga Zoroastrian yang dihormati dari sebuah kota dekat Isfahan. Suatu hari ketika melewati sebuah gereja, ia tertarik mendengar suara orang yang sedang bersembahyang. Tertarik oleh cara pemujaan mereka, maka ia pun masuk dan menemui bahwa agama itu lebih baik dari agamanya (Zoroaster). Setelah mempelajari bahwa agama itu berasal dari Syiria, maka ia meninggalkan rumahnya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan keinginan ayahnya.
Salman al-Farisi ra pergi ke Syiria bergabung dengan pengikut Nasrani. Salman ra mengetahui dari mereka tentang kedatangan Nabi terakhir dan tanda-tanda yang menyertainya. Kemudian Salman berkelana ke Hijaz, disana dia ditangkap dan kemudian dijual sebagai budak ke Madinah, dimana akhirnya ia dapat bertemu dengan Nabi Muhammad. Ketika ia mengetahui semua tanda-tanda pada diri Nabi seperti yang telah dikatakan guru Kristianinya, maka kemudian iapun memeluk islam.
Perbudakan menghalangi Salman ra untuk berada pada perang Badar dan Uhud. Kemudian Nabi Muhammad saw menolong dia terlepas dari perbudakan melalui bercocok tanam dengan tangan Beliau Nabi Muhammad ﷺ sendiri sebanyak 300 pohon palm dan member Salman ra sebongkah besar emas untuk terlepas dari perbudakan. Setelah menjadi manusia bebas ia mengambil bagian dalam setiap perang bersama Nabi Muhammad ﷺ.
Didalam Kitab Ibnu Ishaq, Sirah Rasulullah saw kita menemukan perjalanan Salman ra dengan Nabi Muhammad saw dalam mencari agama yang sebenar-benarnya.
Asim Ibnu Umar Ibnu Qatadah mengatakan bahwa Salman dari Persia berkata pada Nabi saw, bahwa gurunya di Amuria menyuruhnya pergi ke suatu tempat di Syiria dimana tinggal seorang lelaki diantara dua belukar. Setiap tahun saat ia melakukan perjalanan dari satu kota ke kota yang lain, orang yang berpenyakit akan berjajar sepanjang jalan yang dilaluinya dan meminta doanya kemudian meeka disembuhkan dari penyakitnya.
Gurunya berkata, tanyakan tentang agama yang engkau cari itu karena ia dapat menceritakannya. Maka sayapun terus berjalan sampai kesuatu tempat yang telah disebutkan, Disana orang-orang yang sakit berkumpul, kemudian orang yang disbeutkan gurunya itu keluar dan melewati kumpulan orang-orang yang sakit itu dan semua orang datang dengan berbagai penyakitnya.
Setiap orang yang didoakannya ternyata sembuh, tetapi orang-orang itu mencegahku untuk mendekatinya., Saya tidak dapat mendekatinya sampai ia masuk dalam berlukar yang ditujunya, kemudian aku memegang bahunya dan orang itu bertanya siapa diriku. “Semoga Allah mengampuni kamu”
Ceritakan padaku tentang hanafiah agamanya Nabi Ibrahim, ia menjawab , “Anda bertanya tentang suatu hal yang dijaman ini manusia tidak mengikutinya lagi, saat ini waktu sudah dekat dimana seorang Nabi akan dikirim melalui agama ini dari manusia-manusia yang berada diwilayah suci. Pergilah kepadanya karena ia akan membawamu kepada hal itu. Kemudian ia masuk kedalam belukar. Nabi berkata kepada Salman ra, seandainya engkau telah berkata benar kepadaku, maka sesungguhnya engkau telah bertemu dengan Yesus, Nabi Isa alaihi salam, anak Maryam.
Dalam salah satu perang Nabi, yaitu perang al-Kandaq, Salman menyarankan kepada Nabi saw untuk menggali parit disekeliling Madinah untuk melindungi kota tersebut. Dan Nabi saw menerima sarang tersebut dengan gembira. Kemudian Salman ra memulai penggalian dengan tangannya sendiri, selama penggalian tersebut Salman terbentuk batu yang sulit dipecahkan, Nabi saw kemudian mengambil kampak. Pada hantaman yang pertama kampak terserah menimbulkan percikan dibatru itu, demikian juga pada hantaman kedua dan ketiga.
Kemudian ia bertanya pada Salman ra, “Oo…Salman apa engkau melihat percikan itu? Salman menjawab, “Ya Nabi, aku melihatnya” ,penglihatan dimana Allah swt telah membuka Yaman bagiku. Pada percikan kedua Allah membuka Damascus dan Al-Magrib (Barat) dan dipercikan ketiga Allah membuka daerah Timur. Salman mencatat, bahwa Nabi saw berkata: “Permohonan mencegah perjanjian atau kesepakatan. Tiada hal lain tetapi kebenaran meningkatkan kehidupan dan Tuhanmu sangatlah murah hati dan malu untuk berapaling dari tangan seorang hamba yang telah mengangkat tangannya untuk berdoa kepadanya”.
At Tabari mencatat bahwa ditahun 1600 M / 637 H tentara muslimah memasuki medan perang Persia dengan maksud untuk melawan Raja Persia. Disuatu daerah, mereka berada diseberang sungai Tigris. Komandan tentara muslim Saad Ibnu Abi Waqas, mengikuti instruksi dari mimpi yang ia alami, ia memerintahkan seluruh tentara untuk mencebur kesugai yang deras airnya.
Banyak diantara mereka yang ketakutan dan ragu. Saad bersama Salman disebelahnya kemudian berdoa, “Ya Tuhanku berikan kami kemenangan dan dapat mengalahkan musuh.” Kemudian Salman sholat, dan Islam menganugerahkan keberkahan yang terbaik melalui pertolongan Allah, mereka menyeberangi padang pasir.
Melalui pertolongan Allah, karena Salman telah memasrahkan dirinya kepada Allah, maka para tentara tersebut dengan mudah menyeberangi sungai tersebut. Dengan jumlah yang sama baik ketika perangkat maupun ketika sampai. Salman menyeberangi sungai tersebut. Dengan jumlah yang sama baik ketika perangkat maupun ketika sampai. Salman menyeberangi sungai tersebut sehingga sungai dipenuhi oleh kuda dan manusia. Kuda-kuda mereka berenang sekuat tenaga dan ketika kuda-kuda tersebut kelelahan, maka dasar sungai seperti terangkat keatas dan memberikan pijakan sehingga mereka kembali bisa bernafas.
Bagi beberapa orang penunggang, kuda-kuda tersebut seperti berlari tanpa kesulitan sehingga mereka sampai diseberang sungai sesuai dengan doa Salman dan tidak kehilangan perlengkapan apapun kecuali – kecuali hanya satu satu gelas kaleng yang terbawa hanyut aliran sungai yang sangat deras.
Selanjutnya mereka mengambil alih ibukota Persia. Salman ra yang berhasil menaklukan Persia bertindak sebagai juru bicara dan ia berkata, “Saya berasal dari daerah yang sama seperti kalian. Saya akan bersimpati kepada kalian, untuk itu ada tiga pilihan, Pertama, Kalian boleh memeluk agama Islam dan kalian akan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti kami, Kedua membayar pajak sebagai non muslim dan kami memerintah kalian dengan adil, Ketiga, Kami menyatakan perang terhadapmu. Penduduk Persia yang telah menyaksikan keajaiban penyeberangan tentara muslim melalui sungai Tigris kemudian menerima pilihan kedua yaitu membayar pajak sebagai non muslim.
Salman Farisi kemudian ditunjuk sebagai gubernur didaerah itu dan menjadi komandan dari tiga puluh ribu tentara muslim. Meskipun demikian ia hidup sangat sederhana. Ia hidup dari hasil keringatnya sendiri. Ia tidak memiliki rumah tetapi memilih tinggal dibawah rimbunnya pepohonan. Salman ra mengatakan betapa terkejutnya dia melihat banyaknya orang yang menghabiskan hidup mereka hanya untuk kehidupan duniawi yang rendah tanpa memikirkan kematian yang dapat merenggut mereka sauatu hari kelak.
Salman al Farisi juga seorang yang bersikap sangat tegas dan adil. Suatu hari dibagikan selembar kain kepada para sahabat. Umar ra berbicara, “Rendahkan suaramu sehingga kalian dapat mendengarkan suaraku”, saat itu Umar ra memakai dua potong kain. Salman ra berkata, “Demi Allah kami tidak akan mendengarkanmu karena engkau lebih memilih dirimu daripada umatmu”.”
Bagaimana bisa kau katakan seperti itu kepadaku?” , tanya Umar ra, Salman pun menjawab, “Wahai Umar, engkau memakai dua potong kain sedangkan yang lain hanya memakai sepotong kain. Umar ra pun bertanya kepada anaknya, , “Oo….Abdullah, “anaknya Umar pun menjawab, “Demi pelayananmu”. Umar ra bertanya demi Allah, apa engkau mengakui potongan kedua kain itu milikmu?” , Abdullah berkata Ya benar itu milikku”, kata anaknya, maka kemudian Salmanpun berkata, sekarang baru kita akan mendengarmu.
Salman al – Farisi setiap malam memenuhi malam-malamnya dengan solat dan saat lelah ia akan mulai berdzikir dengan lidahnya. Saat lidahnya lelah ia akan merenung dan bertafakur dan bermeditasi untuk mendapatkan kekuatan Allah Sang Pencipta. Kemudian ia akan berkata kepada dirinya, “Ooh Egoku, engkau telah beristirahat sekarang bangun dan solat, kemudian ia akan sholat, berdzikir kembali dan bertafakur sepanjang malam.
Imam Bukhari mencatat dua tradisi yang menunjukkan pertimbangan Nabi saw terhadap Salman al Farisi. Abu Hurayrah ra, mencatat sewaktu mereka duduk bersama Nabi saw, saat itu Surat al-Jumuah sedang dibacakan kepadanya. Saat Nabi saw membacakan tersebut bahwa Allah telah mengirim Muhammad saw kepada yang lain selain bangsa Arab. (62:3), Salman berkata, “Siapakah bangsa tersebut wahai Pembawa pesan Allah?, Nabi Muhammad saw tidak menjawab sampai aku mengulang pertanyaan itu tiga kali, saat itulah Salman al – Farisi berada bersama kami, Nabi saw meletakkan tangannya kebahu Salman sambil berkata,” Jika takdir berada Pleiades, maka beberapa orang akan memperolehnya”..
antara Salman dengan Abu al Darda al-Anshari.
Suatu saat Salman berkunjung kepada Abu Darda dan mendapat Ummu Abu Darda berpakaian lusuh, ia bertanya mengapa Ummu Darda seperti itu, ia menjawab saudaramu Abu ad-Darda tidak tertarik dengan mewahan duniawi. Sementara itu Abu ad-Darda masuk dan menyiapkan makanan bagi Salman.
Kemudian Salman meminta Abu ad-Darda makan bersamanya tetapi menjawab, “Aku berpuasa”…. Salman berkata,” aku tidak akan kalau engkau tidak makan”, sehingga Abu ad-Darda pun kemudian membatalkan puasanya dan makan bersama Salman. Saat malam tiba Abu Darda bangun untuk melakukan solat malam namun Salman menyuruhnya untuk tidur kembali.
Sedang berlalu Abu ad-Darda kembali bangun dan Salman menyuruhnya kembali tidur. Saat tiba saat terakhir solat Salman menyuruh Abu ad Darda sholat seraya berkata,”Tuhanmu memiliki hak atas kamu, jiwamu memiliki hak atas kamu dan keluargamu memiliki hak atas kamu. Abu ad-Darda menceritakan seluruhnya kepada Nabi Muhammad ﷺ, dan Nabi saw berkata Salman telah berbicara benar. Dan semua itu berasal dari perkataannya.
Sulayman al Teemi ra menceritakan bahwa Salman al Farisi berkata,
“Nimrod membiarkan lapar dua singa dan kemudian melepaskannya untuk
mengejar Nabi Ibrahim as, namun saat kedua singa berhadapan dengan Nabi
Ibrahim as singa tersebut hanya berdiri dan dengan penuh kasih sayang
menjilati seluruh badannya dan bersimpuh dikaki Nabi Ibrahim as.
Salman al Farisy meneruskan rantai mulya ilmu ini kepada Syaikh Qosim Ibnu Muhammad Ibnu Abu Bakar As-Siddiq RA
Salman Al-Faisi ra, selalu berdiri tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan untuk membawa Nur ala Nur, Cahaya Diatas Cahaya, dan menyebarkan Rahasia Hati. Mengangkat manusia dari kegelapan kepada Cahaya. Beliau adalah seorang sahabat Nabi saw yang terhormat, yang menuliskan Enam Puluh Tradisi, Sunah Nabi Sallallahu alayhi wassalam.
Salman Farisi ra, berasal dari keluarga Zoroastrian yang dihormati dari sebuah kota dekat Isfahan. Suatu hari ketika melewati sebuah gereja, ia tertarik mendengar suara orang yang sedang bersembahyang. Tertarik oleh cara pemujaan mereka, maka ia pun masuk dan menemui bahwa agama itu lebih baik dari agamanya (Zoroaster). Setelah mempelajari bahwa agama itu berasal dari Syiria, maka ia meninggalkan rumahnya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan keinginan ayahnya.
Salman al-Farisi ra pergi ke Syiria bergabung dengan pengikut Nasrani. Salman ra mengetahui dari mereka tentang kedatangan Nabi terakhir dan tanda-tanda yang menyertainya. Kemudian Salman berkelana ke Hijaz, disana dia ditangkap dan kemudian dijual sebagai budak ke Madinah, dimana akhirnya ia dapat bertemu dengan Nabi Muhammad. Ketika ia mengetahui semua tanda-tanda pada diri Nabi seperti yang telah dikatakan guru Kristianinya, maka kemudian iapun memeluk islam.
Perbudakan menghalangi Salman ra untuk berada pada perang Badar dan Uhud. Kemudian Nabi Muhammad saw menolong dia terlepas dari perbudakan melalui bercocok tanam dengan tangan Beliau Nabi Muhammad ﷺ sendiri sebanyak 300 pohon palm dan member Salman ra sebongkah besar emas untuk terlepas dari perbudakan. Setelah menjadi manusia bebas ia mengambil bagian dalam setiap perang bersama Nabi Muhammad ﷺ.
Didalam Kitab Ibnu Ishaq, Sirah Rasulullah saw kita menemukan perjalanan Salman ra dengan Nabi Muhammad saw dalam mencari agama yang sebenar-benarnya.
Asim Ibnu Umar Ibnu Qatadah mengatakan bahwa Salman dari Persia berkata pada Nabi saw, bahwa gurunya di Amuria menyuruhnya pergi ke suatu tempat di Syiria dimana tinggal seorang lelaki diantara dua belukar. Setiap tahun saat ia melakukan perjalanan dari satu kota ke kota yang lain, orang yang berpenyakit akan berjajar sepanjang jalan yang dilaluinya dan meminta doanya kemudian meeka disembuhkan dari penyakitnya.
Gurunya berkata, tanyakan tentang agama yang engkau cari itu karena ia dapat menceritakannya. Maka sayapun terus berjalan sampai kesuatu tempat yang telah disebutkan, Disana orang-orang yang sakit berkumpul, kemudian orang yang disbeutkan gurunya itu keluar dan melewati kumpulan orang-orang yang sakit itu dan semua orang datang dengan berbagai penyakitnya.
Setiap orang yang didoakannya ternyata sembuh, tetapi orang-orang itu mencegahku untuk mendekatinya., Saya tidak dapat mendekatinya sampai ia masuk dalam berlukar yang ditujunya, kemudian aku memegang bahunya dan orang itu bertanya siapa diriku. “Semoga Allah mengampuni kamu”
Ceritakan padaku tentang hanafiah agamanya Nabi Ibrahim, ia menjawab , “Anda bertanya tentang suatu hal yang dijaman ini manusia tidak mengikutinya lagi, saat ini waktu sudah dekat dimana seorang Nabi akan dikirim melalui agama ini dari manusia-manusia yang berada diwilayah suci. Pergilah kepadanya karena ia akan membawamu kepada hal itu. Kemudian ia masuk kedalam belukar. Nabi berkata kepada Salman ra, seandainya engkau telah berkata benar kepadaku, maka sesungguhnya engkau telah bertemu dengan Yesus, Nabi Isa alaihi salam, anak Maryam.
Baca juga tentang Syayyidina Abu Bakar As Siddiq RA
Dalam salah satu perang Nabi, yaitu perang al-Kandaq, Salman menyarankan kepada Nabi saw untuk menggali parit disekeliling Madinah untuk melindungi kota tersebut. Dan Nabi saw menerima sarang tersebut dengan gembira. Kemudian Salman ra memulai penggalian dengan tangannya sendiri, selama penggalian tersebut Salman terbentuk batu yang sulit dipecahkan, Nabi saw kemudian mengambil kampak. Pada hantaman yang pertama kampak terserah menimbulkan percikan dibatru itu, demikian juga pada hantaman kedua dan ketiga.
Kemudian ia bertanya pada Salman ra, “Oo…Salman apa engkau melihat percikan itu? Salman menjawab, “Ya Nabi, aku melihatnya” ,penglihatan dimana Allah swt telah membuka Yaman bagiku. Pada percikan kedua Allah membuka Damascus dan Al-Magrib (Barat) dan dipercikan ketiga Allah membuka daerah Timur. Salman mencatat, bahwa Nabi saw berkata: “Permohonan mencegah perjanjian atau kesepakatan. Tiada hal lain tetapi kebenaran meningkatkan kehidupan dan Tuhanmu sangatlah murah hati dan malu untuk berapaling dari tangan seorang hamba yang telah mengangkat tangannya untuk berdoa kepadanya”.
At Tabari mencatat bahwa ditahun 1600 M / 637 H tentara muslimah memasuki medan perang Persia dengan maksud untuk melawan Raja Persia. Disuatu daerah, mereka berada diseberang sungai Tigris. Komandan tentara muslim Saad Ibnu Abi Waqas, mengikuti instruksi dari mimpi yang ia alami, ia memerintahkan seluruh tentara untuk mencebur kesugai yang deras airnya.
Banyak diantara mereka yang ketakutan dan ragu. Saad bersama Salman disebelahnya kemudian berdoa, “Ya Tuhanku berikan kami kemenangan dan dapat mengalahkan musuh.” Kemudian Salman sholat, dan Islam menganugerahkan keberkahan yang terbaik melalui pertolongan Allah, mereka menyeberangi padang pasir.
Melalui pertolongan Allah, karena Salman telah memasrahkan dirinya kepada Allah, maka para tentara tersebut dengan mudah menyeberangi sungai tersebut. Dengan jumlah yang sama baik ketika perangkat maupun ketika sampai. Salman menyeberangi sungai tersebut. Dengan jumlah yang sama baik ketika perangkat maupun ketika sampai. Salman menyeberangi sungai tersebut sehingga sungai dipenuhi oleh kuda dan manusia. Kuda-kuda mereka berenang sekuat tenaga dan ketika kuda-kuda tersebut kelelahan, maka dasar sungai seperti terangkat keatas dan memberikan pijakan sehingga mereka kembali bisa bernafas.
Bagi beberapa orang penunggang, kuda-kuda tersebut seperti berlari tanpa kesulitan sehingga mereka sampai diseberang sungai sesuai dengan doa Salman dan tidak kehilangan perlengkapan apapun kecuali – kecuali hanya satu satu gelas kaleng yang terbawa hanyut aliran sungai yang sangat deras.
Selanjutnya mereka mengambil alih ibukota Persia. Salman ra yang berhasil menaklukan Persia bertindak sebagai juru bicara dan ia berkata, “Saya berasal dari daerah yang sama seperti kalian. Saya akan bersimpati kepada kalian, untuk itu ada tiga pilihan, Pertama, Kalian boleh memeluk agama Islam dan kalian akan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti kami, Kedua membayar pajak sebagai non muslim dan kami memerintah kalian dengan adil, Ketiga, Kami menyatakan perang terhadapmu. Penduduk Persia yang telah menyaksikan keajaiban penyeberangan tentara muslim melalui sungai Tigris kemudian menerima pilihan kedua yaitu membayar pajak sebagai non muslim.
Salman Farisi kemudian ditunjuk sebagai gubernur didaerah itu dan menjadi komandan dari tiga puluh ribu tentara muslim. Meskipun demikian ia hidup sangat sederhana. Ia hidup dari hasil keringatnya sendiri. Ia tidak memiliki rumah tetapi memilih tinggal dibawah rimbunnya pepohonan. Salman ra mengatakan betapa terkejutnya dia melihat banyaknya orang yang menghabiskan hidup mereka hanya untuk kehidupan duniawi yang rendah tanpa memikirkan kematian yang dapat merenggut mereka sauatu hari kelak.
Salman al Farisi juga seorang yang bersikap sangat tegas dan adil. Suatu hari dibagikan selembar kain kepada para sahabat. Umar ra berbicara, “Rendahkan suaramu sehingga kalian dapat mendengarkan suaraku”, saat itu Umar ra memakai dua potong kain. Salman ra berkata, “Demi Allah kami tidak akan mendengarkanmu karena engkau lebih memilih dirimu daripada umatmu”.”
Bagaimana bisa kau katakan seperti itu kepadaku?” , tanya Umar ra, Salman pun menjawab, “Wahai Umar, engkau memakai dua potong kain sedangkan yang lain hanya memakai sepotong kain. Umar ra pun bertanya kepada anaknya, , “Oo….Abdullah, “anaknya Umar pun menjawab, “Demi pelayananmu”. Umar ra bertanya demi Allah, apa engkau mengakui potongan kedua kain itu milikmu?” , Abdullah berkata Ya benar itu milikku”, kata anaknya, maka kemudian Salmanpun berkata, sekarang baru kita akan mendengarmu.
Salman al – Farisi setiap malam memenuhi malam-malamnya dengan solat dan saat lelah ia akan mulai berdzikir dengan lidahnya. Saat lidahnya lelah ia akan merenung dan bertafakur dan bermeditasi untuk mendapatkan kekuatan Allah Sang Pencipta. Kemudian ia akan berkata kepada dirinya, “Ooh Egoku, engkau telah beristirahat sekarang bangun dan solat, kemudian ia akan sholat, berdzikir kembali dan bertafakur sepanjang malam.
Imam Bukhari mencatat dua tradisi yang menunjukkan pertimbangan Nabi saw terhadap Salman al Farisi. Abu Hurayrah ra, mencatat sewaktu mereka duduk bersama Nabi saw, saat itu Surat al-Jumuah sedang dibacakan kepadanya. Saat Nabi saw membacakan tersebut bahwa Allah telah mengirim Muhammad saw kepada yang lain selain bangsa Arab. (62:3), Salman berkata, “Siapakah bangsa tersebut wahai Pembawa pesan Allah?, Nabi Muhammad saw tidak menjawab sampai aku mengulang pertanyaan itu tiga kali, saat itulah Salman al – Farisi berada bersama kami, Nabi saw meletakkan tangannya kebahu Salman sambil berkata,” Jika takdir berada Pleiades, maka beberapa orang akan memperolehnya”..
antara Salman dengan Abu al Darda al-Anshari.
Suatu saat Salman berkunjung kepada Abu Darda dan mendapat Ummu Abu Darda berpakaian lusuh, ia bertanya mengapa Ummu Darda seperti itu, ia menjawab saudaramu Abu ad-Darda tidak tertarik dengan mewahan duniawi. Sementara itu Abu ad-Darda masuk dan menyiapkan makanan bagi Salman.
Kemudian Salman meminta Abu ad-Darda makan bersamanya tetapi menjawab, “Aku berpuasa”…. Salman berkata,” aku tidak akan kalau engkau tidak makan”, sehingga Abu ad-Darda pun kemudian membatalkan puasanya dan makan bersama Salman. Saat malam tiba Abu Darda bangun untuk melakukan solat malam namun Salman menyuruhnya untuk tidur kembali.
Sedang berlalu Abu ad-Darda kembali bangun dan Salman menyuruhnya kembali tidur. Saat tiba saat terakhir solat Salman menyuruh Abu ad Darda sholat seraya berkata,”Tuhanmu memiliki hak atas kamu, jiwamu memiliki hak atas kamu dan keluargamu memiliki hak atas kamu. Abu ad-Darda menceritakan seluruhnya kepada Nabi Muhammad ﷺ, dan Nabi saw berkata Salman telah berbicara benar. Dan semua itu berasal dari perkataannya.
Dari Kata-Kata Salman al-Farisi
Salman al Farisy meneruskan rantai mulya ilmu ini kepada Syaikh Qosim Ibnu Muhammad Ibnu Abu Bakar As-Siddiq RA
0 response to "Murobbi Ruhina Syayyidina Salman al – Farisi R.A."
Post a Comment