Hukum Imam Shalat Id Lupa Baca Takbir Sunah

ويكبر في الأولى سبع تكبيرات غير تكبيرات الإحرام، وفي الثانية خمسا سوى تكبيرات القيام من السجود؟ روي أنه عليه الصلاة والسلام كان يكبر في الفطر والأضحى في الأولى سبعا قبل القراءة، وفي الثانية خمسا قبل القراءة رواه الترمذي
“Seseorang bertakbir sebanyak tujuh kali pada rekaat pertama selain takbiratul ihram, dan lima kali pada rekaat kedua selain takbir berdiri dari sujud. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bertakbir sebanyak tujuh kali sebelum membaca surat pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha, dan lima takbir pada rekaat kedua sebelum membaca surat, (HR At-Tirmidzi),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).
ووقت السبع الفاصل (بين الاستفتاح والتعوذ) فإن فعلها بعد التعوذ حصل أصل السنة لبقاء وقتها بخلاف ما إذا شرع في الفاتحة عمدا أو سهوا أو جهلا بمحله أو شرع إمامه قبل أن يأتي بالتكبير أو يتمه فإنه يفوت ولا يأتي به للتلبس بفرض ولو تداركه بعد الفاتحة سن له إعادتها أو بعد الركوع بأن ارتفع ليأتي به بطلت صلاته إن علم وتعمد
“Waktu membaca tujuh takbir adalah jeda antara doa (iftitah dan ta‘awudz [a‘ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm] surat Al-Fatihah). Jika seseorang bertakbir setelah ta‘awudz, maka ia dapat keutamaan sunah karena waktunya masih ada. Lain soal apabila seseorang sudah masuk ke surat Al-Fatihah sengaja, lupa, atau karena tidak tahu tempatnya, atau imam sudah mulai membaca surat sebelum makmum membaca takbir atau merampungkannya, maka lepaslah kesunahan membaca takbir sunah. Seorang makmum tidak perlu membaca takbir ketika itu karena bercampur dengan yang wajib (surat Al-Fatihah). Kalau seseorang menyusul membaca takbir setelah surat Al-Fatihah, maka dia dianjurkan untuk mengulang membaca Surat Al-Fatihah. Jika membaca takbir setelah ruku, yakni bangun i’tidal, maka shalat orang tersebut batal jika dia mengathui dan sengaja,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).
ولو نسي التكبيرات وشرع في القراءة فاتت
“Sekiranya imam lupa membaca takbir sunah dan sudah masuk ke dalam bacaan surat Al-Fatihah, maka lepas kesunahan membaca takbir,” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).
وفي الثانية خمسا) ويأتي فيها نظير ما تقرر في الأولى والمأموم يوافق إمامه إن كبر ثلاثا أو ستا فلا يزيد عليه ولا ينقص عنه ندبا فيهما ولو ترك إمامه التبكيرات لم يأت بها
“(Pada rekaat kedua, takbir sebanyak lima kali) seseorang bertakbir pada rekaat kedua sesuai dengan ketentuan pada rekaat pertama. Sedangkan makmum menyesuaikan dengan imamnya. Jika seorang imam hanya bertakbir tiga atau enam kali, maka makmum tidak boleh menambahkan atau mengurangi jumlah takbir dari jumlah takbir imamnya. Kalau imamnya tidak membaca takbir, maka makmum tidak perlu membacanya,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).
(وَلَسْنَ) أَيْ التَّكْبِيرَاتُ الْمَذْكُورَاتُ (فَرْضًا وَلَا بَعْضًا) وَإِنَّمَا هِيَ هَيْئَاتٌ كَالتَّعَوُّذِ وَدُعَاءِ الِافْتِتَاحِ فَلَا يَسْجُدُ لِتَرْكِهِنَّ عَمْدًا كَانَ، أَوْ سَهْوًا وَإِنْ كَانَ التَّرْكُ لِكُلِّهِنَّ، أَوْ بَعْضِهِنَّ مَكْرُوهًا
“Dan takbir yang telah disebutkan itu bukanlah fardhu, maupun sunah ab’ad. Akan tetapi hal tersebut termasuk sunah hai’at seperti halnya bacaan ta’awwudz dan doa iftitah, sehingga tidak perlu melakukan sujud sahwi saat meninggalkannya, baik dengan sengaja maupun tidak. Meskipun meninggalkan keseluruhannya atau sebagiannya namun hukumnya adalah makruh.” (Nihayah Al-Muhtaj Ila Syarh Al-Minhaj [Beirut: Dar Al-Fikr], vol. 2, h. 390
وَأَمَّا غَيْرُ الْأَبْعَاضِ مِنَ السُّنَنِ، فَلَا يَسْجُدُ لِتَرْكِهَا. هَذَا هُوَ الصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ الْمَعْرُوفُ. وَلَنَا قَوْلٌ قَدِيمٌ شَاذٌّ: أَنَّهُ يَسْجُدُ لِتَرْكِ كُلِّ مَسْنُونٍ، ذِكْرًا كَانَ أَوْ عَمَلًا
“Adapun selain sunah ab’ad dari beberapa kesunahan, maka tidak perlu sujud sahwi karena meninggalkannya. Ini merupakan pendapat yang sahih, dan masyhur. Dan di kalangan kita terdapat qaul qadim yang dinilai syadz, yaitu bahwa seseorang harus melakukan sujud karena meninggalkan setiap hal yang disunahkan, baik itu berupa dzikir maupun perbuatan.” (Raudh At-Thalibin Wa Umdah Al-Muftiyin [Beirut: Al-Maktab Al-Islami], vol. 1, h. 298
0 response to "Hukum Imam Shalat Id Lupa Baca Takbir Sunah"
Post a Comment