Memahami Syare'at, Hakekat, Ma'rifat dan Tarekad
Berikut kami sampaikan sekelumit tentang Tiga komponen yang saling melengkapi, tidak bisa disendirikan tetapi harus dilakukan secara bersama melalui tahapan yang benar sesuai ajaran agama Islam, mari kita bahas satu-persatu:
1. SYAREAT
Adalah Ilmu kerangka, pedoman dasar, adalah dimensi amaliah (perundang-undangan) dasar, (S.O.P), yang bersumber dari Al-qur’an dan As-sunnah, meliputi ilmu Qalam (Mu’taqod / Aqidah), tafsyir, fiqih, nahwu, balaghah, mantik, adab islam, dan lain sebagainya).
Syariat adalah hukum-hukum atau aturan-aturan dari Allah yang disampaikan oleh Nabi untuk dijadikan pedoman kepada manusia, baik aturan ibadah maupun yang lainnya. Apa yang tertulis dalam Al-Qur’an hanya berupa pokok ajaran dan bersifat universal, karenanya Nabi yang merupakan orang paling dekat dengan Allah dan paling memahami Al-Qur’an menjelaskan aturan pokok tersebut lewat ucapan dan tindakan Beliau, para sahabat menjadikan sebagai pedoman kedua yang dikenal sebagai hadist. Ucapan Nabi bernilai tinggi dan masih sarat dengan simbol-simbol yang memerlukan keahlian untuk menafsirkannya.
2. HAKEKAT (Esensi)
a-Adalah tingkat ilmu hati (qalbu, nurani), esensi (jati diri), filosofi, kesadaran siapa diri. (Kesadaran mengaplikasikan keislaman dan keimanan dari sisi dzahir dan qalbu).
b-Adalah dimensi titik tujuan yang dapat membuka kesadaran pemahaman secara global, atau tingkatan yang dapat mejadikan orang memahami makna kehidupan dan agama serta Tuhannya.
3. MA’RIFAT
-Adalah tingkat ilmu orientasi, ilmu dedikasi, ilmu tujuan, ilmu bakti, ilmu untuk sampai pada Allah (Wushul)
4. TAREKAT
adalah dimensi cara pengamalannya (metode / jalan sampai kepada Allah). Tarekat berasal dari kata “Toro – Thariqah” yang berarti jalan.Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi sebagai jalan yang berpangkal dari syariat sebab jalan utama disebut syar’i, sedangkan anak jalan (gang) tersebut thariq. Kata thariq ini merupakan cabang (gang) dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin jika ada anak jalan /gang, apabila tidak ada jalan utama tempat berpangkal. Dimensi kebatinan seseorang tidak mungkin diraih apabila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati.
Note: Maka, Syariat laksana baju sedangkan hakikat ibarat badan, sedang Makrifat adalah performen rasa. (Orang mengenakan baju harus dengan cara, demikian juga orang merawat badan juga harus dengan cara, dan orang dapat merasakan citra juga harus dengan cara). Dan Tareqat atau cara atau jalan, itu ibarat sebuah kendaraan.
Seseorang mempunyai sebuah kendaraan mewah, alat komplit, bahan bakar full, namun ia tak memiliki seorang sopir/pengemudi handal untuk menjalankan kendaraan tersebut, tentu keinginannya tak pernah kesampaian sebab kendaraannya tidak jalan. Atau kita hanya duduk saja didepan kemudi karena tak bisa menyopir, kita hanya bergumam sendiri membayangkan kendaraannya melaju sedang keadaan kendaraan dalam posisi tak dikontak, maka kedaraan tersebut tak akan pernah melaju alias berhenti ditempat sampai kiamat. Begitulah gambaran orang berislam, beribadah tetapi tidak memahami tata caranya.
Berikutnya, jika dianalogikan ke dalam tataran bahasa akademis, maka Syareat merupakan ilmu Praktis, Tarekat adalah Metodologis, Haqeqat adalah Teoritis, sedangkan maqam Ma’rifat adalah dimensi Filosofis.
Imam Malik mengatakan bahwa seorang mukmin sejati adalah orang yang mengamalkan syariat dan hakikat secara bersamaan tanpa meninggalkan salah satunya.
Adagium populer: “Hakikat tanpa syariat adalah kepalsuan, sedang syariat tanpa hakikat adalah sia-sia (kosong tak berkualitas).”
Imam Malik berkata, “Barangsiapa bersyariat tanpa berhakikat, niscaya ia akan menjadi fasik (mudah terjebak dalam kejahiliyahan). Sedang yang berhakikat tanpa bersyariat, niscaya ia akan menjadi zindik (mendustai agama) .Barangsiapa menghimpun keduanya [syariat dan hakikat], ia benar-benar telah ber-hakikat”.
Jika seorang yang mengaku muslim namun hanya sekedar menjalankan perintah agama secara standar saja, (asal memenuhi kewajiban), maka ia dalam katagori bersyareat saja. Sedangkan bagi seseorang yang telah berpengetahuan syareat kemudian ingin meningkatkan qualitas ibadahnya serta berniat ingin mencari jalan mendapatkan ridho Tuhan maka ia telah memasuki tahapan lanjutan dalam agama yakni berhakekat. Inilah jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.
Namun jika seseorang yang mengaku muslim hanya menjalankan dimensi hakekat saja dengan mengabaikan Syareat, maka itu sebuah kedustaan belaka. Dan jika seseorang hanya taqlid mempelajari/ mengamalkan dimensi Hakekat tanpa belajar/ mengetahui dan memenuhi batasan batasan syareatnya, maka ia akan mengarah pada jalur kesesatan.
0 response to "Memahami Syare'at, Hakekat, Ma'rifat dan Tarekad"
Post a Comment