Karomah Al Arif Billah Syaikhuna KH Lathifi Baidhowi QS
Tulisan ini saya sajikan, sebagai media menumbuhkembangkan rasa cinta kepada guru Mursyid kita yang tidak akan pernah aus terkikis zaman. Artikel ini sesuai apa yang disampaikan salah satu ikhwan dari Situbondo, yaitu Alm. Ustad Karim. Beliau mulai membeberkan apa yang beliau alami sendiri, kata beliau:
Pada tahun 1986, saya lupa bulan dan tanggalnya, seperti biasa Panitia Pengundangan Guru Mursyid untuk Kabupaten Situbondo mengadakan acara rutin tahunan mengundang Hadraratus Syaikh KH Lathifi untuk acara tawajjuhan selama kurang lebih 15 hari di Situbondo.
Ketua pengundangan pada waktu itu, ustadz Sukiman, sudah berkoordinasi dengan panitia dan beberapa kepala khaujagan yang akan ditempati untuk acara tawajjuhan dan pembai'atan.
Tempat yang pertama ditempati adalah dusun Bukkolan, desa Paowan, kecamatan Panarukan selama 2 hari. Dan baru kemudian tempat-tempat di desa lain bergilir menurut jadwal yang telah dimusyawarahkan sebelumnya oleh panitia.
Setelah acara tawajjuhan berjalan 1 hari di dusun Bukkolan tiba-tiba Syaikhuna KH Lathifi memanggil Ustad Sukiman sebagai ketua pengundanngan.
"Sukiman, sekarang saya mau pulang ke Malang. Tolong saya carikan mobil untuk saya bisa pulang hari ini." Kata Syaikhuna KH Lathifi kepada ustadz Sukiman.
Ustadz Sukiman kebingungan atas permintaan Syaikhuna KH Lathifi. Lalu dia bertanya kepada Syaikhuna KH Lathifi: "Maaf Pak Kiai, kenapa panjenengan minta pulang mendadak?"
"Saya sekarang ada tamu yang menunggu saya di rumah." jawab Syaikhuna KH Lathifi singkat.
Ustad Sukiman tambah bingung, karena pada tahun itu belum ada hp dan masih jarang sekali ada telpon rumah, bahkan pada tahun 1986 pondok pesantren Rubath Naqsyabandi belum punya telpon rumah, Ustad Sukiman heran dari mana Hadratus Syaikh tahu bahwa ada tamu di rumahnya. Dan siapa tamu penting itu yang membuat Hadratus Syaikh ingin cepat pulang kembali pulang, dan menggagalkan acara tawajjuhan di tempat-tempat yang akan dihadiri beliau yang masih kurang 13 hari lagi. Dan Ustad Sukiman tahu, tidak mungkin Hadratus Syaikh menyanggupi pengundangan tawajjuhan ke Situbondo kalau memang ada janjian tamu penting yang akan hadir ke pondok di Sukosari Malang dalam 2 hari ini.
Dalam keadaan bingung, tanpa koordinasi dengan panitia, akhirnya Ustad Sukiman menuruti permintaan Hadratus Syaikh untuk bisa kembali pulang secepatnya ke Malang. Sopir yang mengantarkan pada waktu itu adalah Riyadi. Dan menurut kesaksian Riyadi, perjalanan Situbondo ke Gondanglegi Malang hanya ditempuh 3 jam. Padahal normalnya perjalan dibutuhkan waktu 5 jam, itupun kalau lancar.
Sesampainya di Pondok betapa terkejutnya Ustad Sukiman dan Riyadi. Di ruang tamu Hadratus Syaikh KH Lathifi telah duduk seorang ulama dan waliyullah yang kesohor di dunia ini. Tamu itu adalah Alim Allamah Al-Muhaddits Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki Al Hasani dari Mekkah.
Syaikhuna KH Lathifi Baidhowi berpelukan erat dengan Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Pertemuan yang mengharukan antara 2 waliyullah.
Menurut pendampingnya, Sayyid Muhammad menunggu Hadratus Syaikh KH Lathifi baru 5 menit di ruang tamu. Dan Hadratus Syaikh kemudian datang.
Dari cerita yang saya tulis di atas ini bisa disimpulkan bahwa "hubungan" para wali itu tidak terbatas kepada waktu, ruang dan tempat. Allahu a'lam.
Sumber: Sebagaimana postingan Alm. Ustad Karim Situbondo di grup WA Alumni Pondok Pesantren Rubath An Naqsyabandiyah [PPRN] Sukosari
0 response to "Karomah Al Arif Billah Syaikhuna KH Lathifi Baidhowi QS"
Post a Comment