Murobbi Ruhina Syaikhina Syaikh Ya'qub al-Charkhi RA
Kemunculan beliau ditengah-tengah manusia dengan mengenakan buah pengetahuan, yaitu pengetahuan lahir dan bathin. Tabiat dan karakter beliau yang begitu murni merefleksikan atribut-atribut Tuhan kepada semua orang.
Beliau menghidupkan kembali spiritualitas dengan Hukum Illahiah dan menghidupkan kembali Hukum Illahiah (syari’ah) dengan spiritualitas. Orang-orang mengikutinya karena jalan dialah yang terbaik, karena diwariskan Pengetahuan Kasat Mata dari Sang Nabi saw.
Beliau lahir di kota Jarkh, sebuah wilayah di luar kota besar bernama Garnin yang terletak di antara 2 buah kota yaitu Kandahar dan Kabul di Transoxiana. Saat usia belia beliau pergi ke Kota Herat untuk bersekolah. Kemudian pergi ke Mesir, disinilah beliau mempelajari ilmu-ilmu syara’a dan logika. Beliau dapat mengingat Kitab Suci Al-Qur’an sebaik mengingat 500.000 buah hadits, baik hadist benar dan yang salah.
Salah satu guru beliau adalah Shihabuddin ash-Shirawani, dikenal sebagai Sang Ensiklopedia pada zaman itu. Beliau melanjutkan pendidikan sampai meraih tingkatan dimana beliau dapat memberikan farwa (keputusan resmi) pada hal-hal yang dihadapkan oleh kaum Muslim Beliau adalah seorang mujtahid mutlaq (pandai dalam dalil-dalil resmi tersendiri) dalam 2 buah pengetahuan, yaitu lahir dan bathin. Beliau kembali ke negeri asalnya dan mengikuti Baha’uddin Naqsyband q.s lalu Alauddin al-Attar q.s untuk mendidik dirinya sendiri dalam pengetahuan tersembunyi.
Dia berkata Tentang pengetahuan Tersembunyi,
“Aku tulus dan setia dalam mencintai Syekh Bahauddin bahkan sebelum aku mengenal beliau. Ketika aku memperoleh ijazah (ijin) untuk menjadi seorang mujtahid mutlaq dan memberikan fatwa, aku kembali ke kampung halaman dan mengunjungi beliau dan menyerahkan penghargaanku. Aku berkata kepada beliau dengan penuh tawaadhu’ dan kepatuhan, “Tolong jaga aku agar selalu berada dalam Dzat penglihatanmu.”
Beliau menjawab, “Kau datang kepadaku dalarn perjalanan kembali ke negeri asalmu di Jarkh?” Aku berkata, “Aku mencintaimu dan akula hambamu karena kau memiliki kemasyuran terbesar dan diterima oleh semua orang.” Beliau berkata, “Itu bukanlah sebuah alas an yang bagus bagiku untuk menerimamu.” Lalu aku menjawab, “Wahai Syekhku, Sang Nabi (saw) bersabda dalam hadist qudsi, “Jika Allah mencintai seseorang, Dia akan mempengaruhi hati orang-orang untuk mencintai orang tersebut.”
Kemudian Syaikh Bahauddin qs tersenyum seraya berkata, Aku adalah pewaris spiritual dari Azizan. Apa yang kau katakan benar.” Ketika beliau mengucapkan kalimat ini aku begitu terkejut, karena aku telah mendengar dalam sebuah mimpi satu bulan sebelumnya, sebuah suara berkata kepadaku ‘Jadilah murid Azizan.’ Pada waktu itu aku tidak mengetahui siapakah Azizan. Namun beliau menyebutkan kata tersebut seakan-akan beliau sudah mengetahui tentang mimpi tersebut.
lalu aku memperoleh ijinnya. Beliau berujar, “Kau boleh pergi, tapi biarkan aku memberimu sebuah hadiah yang akan mengingatkanmu akan diriku” Beliau memberikan aku turbannya. Beliau melanjutkan, “Ketika kau melihat turban ini atau menggunakannya, kau akan mengingatku dan saat kau mengingatku kau akan menemukanku dan saat kau menemukanku maka kau akan menemukan Jalanmu menuju Allah.”
“Beliau memberitahuku, ‘Dalam perjalanan kembali ke negeri asalmu Balkh, kalau kau bertemu dengan Mawlana Tajuddin al-Kawlaki, jagalah hatimu dari pergunjingan saat berada dalam pertemuannya karena beliau seorang wali besar dan dia akan mencaci makimu.’
Aku berkata dalam hati, ‘Aku akan kembali ke Herat melalui Balkh, tapi aku tidak akan melewati Kawlak diinana Mawlana Tajuddin tinggal. Jadi aku tidak berpikir akan bertemu dengannya.’ Tetapi dalam perjalanan sebuah peristiwa terjadi pada karavan yang aku tumpangi untuk bepergian dan mengharuskan kami pergi ke arah Kawlak. Aku mengingat ucapan-ucapan Syekh Bahauddin, ‘Jika kau melewati Kawlak, lalu kunjungilah Syekh Tajuddin a1-Kawlaki.’ Ucapan itu datang ke hatiku bahwa Syekh Baha’uddin penyebab peristiwa tersebut sehingga aku akan bertolak mengunjungi sang Syekh.
Saat kami tiba di Kawlak, hari telah gelap tanpa bintang-bintang menghiasi langit. Aku pergi ke mesjid untuk bertanya mengenai Mawlana Tajuddin Kawlaki. Seseorang mendatangiku dari belakang sebuah pilar dan berkata, ‘Apakah kau Ya’qub al-Charkhi?’ Aku amat terkesima. Beliau berkata, ‘Jangan kaget. Aku sudah tahu tentangmu sebelum kau datang ke sini. Syekhku, Syekh Bahauddin mengutusku untuk membawaku kepada Syekh Tajuddin al-Kawlaki.’
Dalam perjalanan menemui Syekh Tajuddin al-Kawlaki, kami bertemu dengan seorang lelaki tua yang berkata, ‘Oh putraku, jalan kami penuh dengan kejutan. Siapa pun yang memasukinya dapat mengerti. Para pencari (saalik) harus meninggalkan pikirannya.’ Kami lalu masuk menghadap Mawlana Tajuddin dan sangatlah sulit menjaga hatiku bebas dari berbagai gunjingan.
Mawlana Tajuddin memberiku sepenggal pengetahuan spiritual yang beliau miliki dan belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku begitu gembira dengan syekhku, Syekh Baha’uddin, dan jalan yang beliau atur bagiku agar bertemu Mawlana Tajuddin, cintaku teruntuk beliau semakin membesar dengan cepat.”
“Setelah aku tiba di negeri asalku, dari waktu ke waktu, aku bepergian ke Bukhara mengunjungi Syekh Baha’uddin. Di Bukhara ada majdhub (gila), yaitu orang yang tersesat dalam Cinta Illahi, yang sangat terkenal dan biasanya orang-orang datang untuk mendapat berkahnya. Satu hari ketika aku bermaksud untuk mengunjungi Syekh Baha’uddin, aku memutuskan untuk mampir dan mengetahui kira-kira apa komentarnya.
Ketika melihatku dia berkata, ‘Bergegaslah pergi ke tujuanmu dan jangan berhenti. Apa yang telah kau putuskan adalah yang terbaik,’ Dia mulai menggambar banyak garis di debu. Datanglah ke hatiku untuk menghitung garis-garis ini. Jika jumlah garis adalah ganjil maka diindikasikan sebuah pertanda baik bagiku karena Sang Nabi saw pernah berkata, ‘Allah adalah Esa dan Dia menyukai angka ganjil.’ Aku menghitung garis dan jumlahnya menunjukkan angka ganjil. Hal itu membuat hatiku bahagia.
Aku berlalu mengunjungi Syekh Bahauddin dan meminta beliau mem-bay’at dan mengajari aku dzikir. Jadi, beliau mengajariku maqam Kesadaran akan Angka, wuquf’ adadi, dan beliau berkata kepadaku bm’ ,bahwa telah bersamaku ketika aku berternu dengan majdhub, ‘Wahai putraku, jaga selalu angka-angka ganjil, seperti Ketika kau berharap jumlah garis adalah ganjil, dan aku akan memberikanmu sebuah tanda, jadi jagalah kesadaran tersebut ketika kau melakukan dzikir.”
Aku begitu tenggelam dalam pancuran cahaya dan cinta yang adalah Syekhku, bahwa aku mengunjunginya lebih banyak dan lebih dan cinta bagi beliau semakin meningkat dalarn hatiku. Suatu hari aku membuka Kitab Suci Al Qur’an ke ayat, ulaa’ik alladziina hada-l-Lahu fa bi hudaahum uqtadih (‘Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka’) [Al An’aam 6:90).
Aku begitu gembira membaca ayat tersebut. Pada saat itu aku tinggal disebuah kota bernama Fatahabad. Diakhir hari aku memutuskan mengunjungi masjid dan makam Syekh al-Bakharazi. Dalam perjalanan, sebuah pikiran datang ke hati yang membuatku kacau sehingga aku memutuskan bertemu dengan Syekh Baha’uddin.
Ktelah menungguku. Dia melihat ke dalam mataku dan kemudian berkata, 'Waktu shalat telah tiba dan kemudian kita akan berbicara.' Setelah sholat dia berkata, 'Lihatlah aku.' Aku melihat di wajahnya sebuah penglihatan yang agung, yang membuat hatiku gemetar. . Saya menutup mulut dan berkata kepada saya 'Pengetahuan ada dua macam: pengetahuan tentang hati, dan ini adalah pengetahuan yang menguntungkan dan ini adalah pengetahuan para nabi dan rasul; dan pengetahuan tentang lidah, pengetahuan eksternal, dan ini, seperti semua pengajaran yang terlihat dan terdengar, Bukti Allah terhadap Ciptaan-Nya. Saya berharap bahwa Allah akan memberi Anda keberuntungan dalam Pengetahuan Internal. Dan itu terjadi melalui hadits: 'Jika Anda duduk dengan Orang Kebenaran, duduklah bersama mereka dengan hati yang sejati, karena mereka adalah mata-mata hati. Mereka bisa masuk dan melihat apa yang ada di dalam hatimu. '"
Dia melanjutkan, "Saya telah diperintahkan oleh Allah, Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, dan oleh Nabi (s), dan oleh Syaikh saya, untuk tidak menerima siapapun dengan cara saya kecuali jika Allah, Nabi dan Syaikh saya menerima orang itu. Jadi saya akan melihat malam ini untuk melihat apakah Anda diterima. "Ini adalah hari paling sulit dalam hidup saya.
Saya merasa saya akan meleleh dari ketakutan bahwa mereka tidak mau menerima saya di Jalan ini. Aku berdoa pada Fajar di belakangnya dan aku sangat takut. Ketika dia melihat ke dalam hatiku semuanya lenyap dan dia muncul kemana-mana. Saya mendengar suaranya berkata, 'Semoga Tuhan memberkatimu. Dia menerima Anda dan saya menerima Anda. 'Kemudian dia mulai membaca nama-nama Master Rantai Emas dari Nabi kepada Abu Bakr, Salman, Qassim, Jacfar, Tayfar, Abul Hassan, Abu Ali, Yasuf, Abul Abbas, Abdul Khaliq. Setiap Syaikh yang dia sebutkan muncul di depannya. Ketika dia menyebutkan Abdul Khaliq dia berhenti dan Abdul Khaliq muncul di hadapanku. Dia berkata, 'Berikan dia padaku sekarang,' dan dia mengajari saya lebih banyak pengetahuan tentang wuquf al-adadi, the Science of numbers.
Dia mengatakan kepada saya bahwa pengetahuan datang kepadanya melalui Khidr (s). Kemudian Syaikh saya terus membaca silsilah (rantai), Arif Mahmoud, Ali Ramitani, Muhammad Baba as-Samasi, Sayid Amir Kulal. Mereka masing-masing muncul secara bergantian dan memberi saya inisiasi. Saya terus melayani dia, berdiri di depan pintunya, belajar darinya, sampai dia memberi saya izin untuk menjadi pemandu bagi orang-orang di Jalan ini. Dia berkata kepada saya, 'Jalan ini akan menjadi kebahagiaan terbesar bagi Anda.' "
Ubaydullah al-A rar melaporkan bahwa Yaqub berkata kepadanya: "Wahai anakku, saya menerima perintah dari Shah Naqshband (q) untuk menemani Shaykh Ala'uddin al-Attar setelah kematiannya [Shah Naqshband]. Atas perintah Syaikh saya, saya berada di perusahaannya sebagai muridnya sejak kematian Baha'uddin sampai kematian Ala'uddin di Jaganyan di Bukhara. Dengan berkah dari persahabatannya, negara saya meningkat dan pelatihan saya selesai. "
Ubaidillah al-Ahrar mengatakan bahwa Syaikh Ya'qub al-Charkhi dan Syaikh Zainuddin al-Khawafi seperti saudara ketika mereka belajar bersama di Mesir di bawah ajaran cendekiawan, Syaikh Shihabuddin as-Shirwani. Syaikh Zainuddin mengatakan bahwa Syaikh Yacqub al-Charkhi dulu menghilang dan muncul saat ceramahnya. Keajaiban ini melambangkan keadaan pelepasan diri sepenuhnya ke Hadirat Allah SWT. Ini adalah negaranya di Mesir, sampai dia datang dan mengikuti Shah Naqshband, dan kemudian dia mencapai keadaan yang sempurna.
Dia meninggal di desa Hulgatu, pada tanggal 5 Safar, 851 H. Dia memiliki banyak khalifah. Dia melewati Rahasia agung ini kepada Syaikh Ubaydillah al-Ahrar, semoga Allah memberkati rahasianya.
Beliau menghidupkan kembali spiritualitas dengan Hukum Illahiah dan menghidupkan kembali Hukum Illahiah (syari’ah) dengan spiritualitas. Orang-orang mengikutinya karena jalan dialah yang terbaik, karena diwariskan Pengetahuan Kasat Mata dari Sang Nabi saw.
Beliau lahir di kota Jarkh, sebuah wilayah di luar kota besar bernama Garnin yang terletak di antara 2 buah kota yaitu Kandahar dan Kabul di Transoxiana. Saat usia belia beliau pergi ke Kota Herat untuk bersekolah. Kemudian pergi ke Mesir, disinilah beliau mempelajari ilmu-ilmu syara’a dan logika. Beliau dapat mengingat Kitab Suci Al-Qur’an sebaik mengingat 500.000 buah hadits, baik hadist benar dan yang salah.
Salah satu guru beliau adalah Shihabuddin ash-Shirawani, dikenal sebagai Sang Ensiklopedia pada zaman itu. Beliau melanjutkan pendidikan sampai meraih tingkatan dimana beliau dapat memberikan farwa (keputusan resmi) pada hal-hal yang dihadapkan oleh kaum Muslim Beliau adalah seorang mujtahid mutlaq (pandai dalam dalil-dalil resmi tersendiri) dalam 2 buah pengetahuan, yaitu lahir dan bathin. Beliau kembali ke negeri asalnya dan mengikuti Baha’uddin Naqsyband q.s lalu Alauddin al-Attar q.s untuk mendidik dirinya sendiri dalam pengetahuan tersembunyi.
Dia berkata Tentang pengetahuan Tersembunyi,
“Aku tulus dan setia dalam mencintai Syekh Bahauddin bahkan sebelum aku mengenal beliau. Ketika aku memperoleh ijazah (ijin) untuk menjadi seorang mujtahid mutlaq dan memberikan fatwa, aku kembali ke kampung halaman dan mengunjungi beliau dan menyerahkan penghargaanku. Aku berkata kepada beliau dengan penuh tawaadhu’ dan kepatuhan, “Tolong jaga aku agar selalu berada dalam Dzat penglihatanmu.”
Beliau menjawab, “Kau datang kepadaku dalarn perjalanan kembali ke negeri asalmu di Jarkh?” Aku berkata, “Aku mencintaimu dan akula hambamu karena kau memiliki kemasyuran terbesar dan diterima oleh semua orang.” Beliau berkata, “Itu bukanlah sebuah alas an yang bagus bagiku untuk menerimamu.” Lalu aku menjawab, “Wahai Syekhku, Sang Nabi (saw) bersabda dalam hadist qudsi, “Jika Allah mencintai seseorang, Dia akan mempengaruhi hati orang-orang untuk mencintai orang tersebut.”
Kemudian Syaikh Bahauddin qs tersenyum seraya berkata, Aku adalah pewaris spiritual dari Azizan. Apa yang kau katakan benar.” Ketika beliau mengucapkan kalimat ini aku begitu terkejut, karena aku telah mendengar dalam sebuah mimpi satu bulan sebelumnya, sebuah suara berkata kepadaku ‘Jadilah murid Azizan.’ Pada waktu itu aku tidak mengetahui siapakah Azizan. Namun beliau menyebutkan kata tersebut seakan-akan beliau sudah mengetahui tentang mimpi tersebut.
lalu aku memperoleh ijinnya. Beliau berujar, “Kau boleh pergi, tapi biarkan aku memberimu sebuah hadiah yang akan mengingatkanmu akan diriku” Beliau memberikan aku turbannya. Beliau melanjutkan, “Ketika kau melihat turban ini atau menggunakannya, kau akan mengingatku dan saat kau mengingatku kau akan menemukanku dan saat kau menemukanku maka kau akan menemukan Jalanmu menuju Allah.”
“Beliau memberitahuku, ‘Dalam perjalanan kembali ke negeri asalmu Balkh, kalau kau bertemu dengan Mawlana Tajuddin al-Kawlaki, jagalah hatimu dari pergunjingan saat berada dalam pertemuannya karena beliau seorang wali besar dan dia akan mencaci makimu.’
Aku berkata dalam hati, ‘Aku akan kembali ke Herat melalui Balkh, tapi aku tidak akan melewati Kawlak diinana Mawlana Tajuddin tinggal. Jadi aku tidak berpikir akan bertemu dengannya.’ Tetapi dalam perjalanan sebuah peristiwa terjadi pada karavan yang aku tumpangi untuk bepergian dan mengharuskan kami pergi ke arah Kawlak. Aku mengingat ucapan-ucapan Syekh Bahauddin, ‘Jika kau melewati Kawlak, lalu kunjungilah Syekh Tajuddin a1-Kawlaki.’ Ucapan itu datang ke hatiku bahwa Syekh Baha’uddin penyebab peristiwa tersebut sehingga aku akan bertolak mengunjungi sang Syekh.
Saat kami tiba di Kawlak, hari telah gelap tanpa bintang-bintang menghiasi langit. Aku pergi ke mesjid untuk bertanya mengenai Mawlana Tajuddin Kawlaki. Seseorang mendatangiku dari belakang sebuah pilar dan berkata, ‘Apakah kau Ya’qub al-Charkhi?’ Aku amat terkesima. Beliau berkata, ‘Jangan kaget. Aku sudah tahu tentangmu sebelum kau datang ke sini. Syekhku, Syekh Bahauddin mengutusku untuk membawaku kepada Syekh Tajuddin al-Kawlaki.’
Dalam perjalanan menemui Syekh Tajuddin al-Kawlaki, kami bertemu dengan seorang lelaki tua yang berkata, ‘Oh putraku, jalan kami penuh dengan kejutan. Siapa pun yang memasukinya dapat mengerti. Para pencari (saalik) harus meninggalkan pikirannya.’ Kami lalu masuk menghadap Mawlana Tajuddin dan sangatlah sulit menjaga hatiku bebas dari berbagai gunjingan.
Mawlana Tajuddin memberiku sepenggal pengetahuan spiritual yang beliau miliki dan belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku begitu gembira dengan syekhku, Syekh Baha’uddin, dan jalan yang beliau atur bagiku agar bertemu Mawlana Tajuddin, cintaku teruntuk beliau semakin membesar dengan cepat.”
“Setelah aku tiba di negeri asalku, dari waktu ke waktu, aku bepergian ke Bukhara mengunjungi Syekh Baha’uddin. Di Bukhara ada majdhub (gila), yaitu orang yang tersesat dalam Cinta Illahi, yang sangat terkenal dan biasanya orang-orang datang untuk mendapat berkahnya. Satu hari ketika aku bermaksud untuk mengunjungi Syekh Baha’uddin, aku memutuskan untuk mampir dan mengetahui kira-kira apa komentarnya.
Ketika melihatku dia berkata, ‘Bergegaslah pergi ke tujuanmu dan jangan berhenti. Apa yang telah kau putuskan adalah yang terbaik,’ Dia mulai menggambar banyak garis di debu. Datanglah ke hatiku untuk menghitung garis-garis ini. Jika jumlah garis adalah ganjil maka diindikasikan sebuah pertanda baik bagiku karena Sang Nabi saw pernah berkata, ‘Allah adalah Esa dan Dia menyukai angka ganjil.’ Aku menghitung garis dan jumlahnya menunjukkan angka ganjil. Hal itu membuat hatiku bahagia.
Aku berlalu mengunjungi Syekh Bahauddin dan meminta beliau mem-bay’at dan mengajari aku dzikir. Jadi, beliau mengajariku maqam Kesadaran akan Angka, wuquf’ adadi, dan beliau berkata kepadaku bm’ ,bahwa telah bersamaku ketika aku berternu dengan majdhub, ‘Wahai putraku, jaga selalu angka-angka ganjil, seperti Ketika kau berharap jumlah garis adalah ganjil, dan aku akan memberikanmu sebuah tanda, jadi jagalah kesadaran tersebut ketika kau melakukan dzikir.”
Aku begitu tenggelam dalam pancuran cahaya dan cinta yang adalah Syekhku, bahwa aku mengunjunginya lebih banyak dan lebih dan cinta bagi beliau semakin meningkat dalarn hatiku. Suatu hari aku membuka Kitab Suci Al Qur’an ke ayat, ulaa’ik alladziina hada-l-Lahu fa bi hudaahum uqtadih (‘Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka’) [Al An’aam 6:90).
Aku begitu gembira membaca ayat tersebut. Pada saat itu aku tinggal disebuah kota bernama Fatahabad. Diakhir hari aku memutuskan mengunjungi masjid dan makam Syekh al-Bakharazi. Dalam perjalanan, sebuah pikiran datang ke hati yang membuatku kacau sehingga aku memutuskan bertemu dengan Syekh Baha’uddin.
Ktelah menungguku. Dia melihat ke dalam mataku dan kemudian berkata, 'Waktu shalat telah tiba dan kemudian kita akan berbicara.' Setelah sholat dia berkata, 'Lihatlah aku.' Aku melihat di wajahnya sebuah penglihatan yang agung, yang membuat hatiku gemetar. . Saya menutup mulut dan berkata kepada saya 'Pengetahuan ada dua macam: pengetahuan tentang hati, dan ini adalah pengetahuan yang menguntungkan dan ini adalah pengetahuan para nabi dan rasul; dan pengetahuan tentang lidah, pengetahuan eksternal, dan ini, seperti semua pengajaran yang terlihat dan terdengar, Bukti Allah terhadap Ciptaan-Nya. Saya berharap bahwa Allah akan memberi Anda keberuntungan dalam Pengetahuan Internal. Dan itu terjadi melalui hadits: 'Jika Anda duduk dengan Orang Kebenaran, duduklah bersama mereka dengan hati yang sejati, karena mereka adalah mata-mata hati. Mereka bisa masuk dan melihat apa yang ada di dalam hatimu. '"
Dia melanjutkan, "Saya telah diperintahkan oleh Allah, Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, dan oleh Nabi (s), dan oleh Syaikh saya, untuk tidak menerima siapapun dengan cara saya kecuali jika Allah, Nabi dan Syaikh saya menerima orang itu. Jadi saya akan melihat malam ini untuk melihat apakah Anda diterima. "Ini adalah hari paling sulit dalam hidup saya.
Saya merasa saya akan meleleh dari ketakutan bahwa mereka tidak mau menerima saya di Jalan ini. Aku berdoa pada Fajar di belakangnya dan aku sangat takut. Ketika dia melihat ke dalam hatiku semuanya lenyap dan dia muncul kemana-mana. Saya mendengar suaranya berkata, 'Semoga Tuhan memberkatimu. Dia menerima Anda dan saya menerima Anda. 'Kemudian dia mulai membaca nama-nama Master Rantai Emas dari Nabi kepada Abu Bakr, Salman, Qassim, Jacfar, Tayfar, Abul Hassan, Abu Ali, Yasuf, Abul Abbas, Abdul Khaliq. Setiap Syaikh yang dia sebutkan muncul di depannya. Ketika dia menyebutkan Abdul Khaliq dia berhenti dan Abdul Khaliq muncul di hadapanku. Dia berkata, 'Berikan dia padaku sekarang,' dan dia mengajari saya lebih banyak pengetahuan tentang wuquf al-adadi, the Science of numbers.
Dia mengatakan kepada saya bahwa pengetahuan datang kepadanya melalui Khidr (s). Kemudian Syaikh saya terus membaca silsilah (rantai), Arif Mahmoud, Ali Ramitani, Muhammad Baba as-Samasi, Sayid Amir Kulal. Mereka masing-masing muncul secara bergantian dan memberi saya inisiasi. Saya terus melayani dia, berdiri di depan pintunya, belajar darinya, sampai dia memberi saya izin untuk menjadi pemandu bagi orang-orang di Jalan ini. Dia berkata kepada saya, 'Jalan ini akan menjadi kebahagiaan terbesar bagi Anda.' "
Ubaydullah al-A rar melaporkan bahwa Yaqub berkata kepadanya: "Wahai anakku, saya menerima perintah dari Shah Naqshband (q) untuk menemani Shaykh Ala'uddin al-Attar setelah kematiannya [Shah Naqshband]. Atas perintah Syaikh saya, saya berada di perusahaannya sebagai muridnya sejak kematian Baha'uddin sampai kematian Ala'uddin di Jaganyan di Bukhara. Dengan berkah dari persahabatannya, negara saya meningkat dan pelatihan saya selesai. "
Ubaidillah al-Ahrar mengatakan bahwa Syaikh Ya'qub al-Charkhi dan Syaikh Zainuddin al-Khawafi seperti saudara ketika mereka belajar bersama di Mesir di bawah ajaran cendekiawan, Syaikh Shihabuddin as-Shirwani. Syaikh Zainuddin mengatakan bahwa Syaikh Yacqub al-Charkhi dulu menghilang dan muncul saat ceramahnya. Keajaiban ini melambangkan keadaan pelepasan diri sepenuhnya ke Hadirat Allah SWT. Ini adalah negaranya di Mesir, sampai dia datang dan mengikuti Shah Naqshband, dan kemudian dia mencapai keadaan yang sempurna.
Dia meninggal di desa Hulgatu, pada tanggal 5 Safar, 851 H. Dia memiliki banyak khalifah. Dia melewati Rahasia agung ini kepada Syaikh Ubaydillah al-Ahrar, semoga Allah memberkati rahasianya.
0 response to "Murobbi Ruhina Syaikhina Syaikh Ya'qub al-Charkhi RA"
Post a Comment