Hukum Ziarah Kubur bagi Wanita (1)

Hukum Ziarah Kubur bagi Pria

Berikut ini dalil dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang disyariatkannya ziarah kubur beserta faedahnya:

Buraidah ibnul Hushaib radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ ‎الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

“Aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur maka (sekarang) ziarahilah kuburan.” (HR. Muslim no. 2257, kitab Al-Jana`iz, bab Isti`dzanun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Rabbahu Subhanahu wa Ta’ala fi Ziyarati Qabri Ummihi)

Dalam riwayat An-Nasa`i disebutkan:

فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَزُوْرَ‏‎ ‎فَلْيَزُرْ وَلاَ تَقُوْلُوْا‎ ‎هُجْرًا )‏‎[2‎]

“Siapa yang ingin ziarah kubur maka silahkan ia berziarah, namun jangan kalian mengucapkan hujran.” [3]



Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنِّي نَهَيْتُكُمْ عَنْ‏‎ ‎زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ‏‎ ‎فَزُوْرُوْهَا, فَإِنَّ فِيْهَا‎ ‎عِبْرَةً, وَلاَ تَقُوْلُوا مَا‎ ‎يُسْخِطُ الرَّبُّ

“Sesungguhnya dulu aku melarang kalian dari ziarah kubur. Maka (sekarang) ziarahilah kuburan, karena dalam ziarah kubur ada ibrah/pelajaran. Namun jangan kalian mengeluarkan ucapan yang membuat Rabb kalian murka.” (HR. Ahmad 3/38, 63, 66, Al-Hakim 1/374, 375 dan ia mengatakan: “Shahih di atas syarat Muslim.” Adz-Dzahabi menyepakatinya. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul Jana`iz hal. 228 mengatakan, kedudukan hadits ini sebagaimana dikatakan Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)



Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan faedah lain dari ziarah kubur. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَزُوْرُوْا الْقُبُوْرَ,‏‎ ‎فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

“Ziarahilah kuburan karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kepada kematian.” [4]



Dalam riwayat Ahmad dari Buraidah radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

لِتُذَكِّرَكُمْ زِيَارَتُهَا‎ ‎خَيْرًا

“Agar ziarah kubur itu mengingatkan kalian kepada kebaikan.” [5]



Dalam riwayat Al-Hakim dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu disebutkan:

فَإِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ‏‎ ‎وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ‏‎ ‎الآخِرَة وَلاَ تَقُوْلُوْا‎ ‎هُجْرًا

“Karena ziarah kubur itu melembutkan hati dan mengalirkan air mata, serta mengingatkan pada akhirat namun jangan kalian mengucapkan hujran.” [6]



Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Ziarah kubur ini awalnya dilarang karena masih dekatnya masa mereka (para shahabat) dengan masa jahiliyah. Sehingga bisa jadi ketika melakukan ziarah kubur, mereka mengucapkan perkataan-perkataan jahiliyah yang batil. Maka ketika kaidah-kaidah Islam telah tegak, kokoh dan mantap, hukum-hukum Islam telah teratur dan terbentang, serta telah masyhur tanda-tandanya, dibolehkanlah bagi mereka untuk ziarah kubur.

Namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatasinya dengan ucapan beliau: وَلاَ‏‎ ‎تَقُوْلُوْا هُجْرًا .” (Al-Majmu’, 5/285)

Al-Imam Ash-Shan’ani rahimahullahu berkata: “Semua hadits ini menunjukkan disyariatkannya ziarah kubur, menerangkan hikmahnya, dan dilakukannya dalam rangka mengambil pelajaran. Maka bila dalam ziarah kubur tidak tercapai hal ini berarti ziarah itu bukanlah ziarah yang dimaukan secara syar’i.” (Subulus Salam, 2/181)

Hukum Ziarah Kubur bagi Wanita



Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahlul ilmi tentang bolehnya ziarah kubur bagi laki-laki [7]. Namun berbeda halnya bila berkenaan dengan wanita.

Mereka terbagi dalam tiga pendapat dalam menetapkan hukumnya:

Pertama: Makruh tidak haram.


Demikian satu riwayat dari pendapat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dengan dalil hadits Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha:

كُنَّا نُنْهى )وَفِي رِوَايَةٍ:‏‎ ‎نَهَانَا رَسُوْلُ الله صَلَّى‎ ‎اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ( عَنِ‏‎ ‎اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ, وَلَمْ‏‎ ‎يُعْزَمْ عَلَيْنَا )‏‎[8‎]

“Kami dilarang (dalam satu riwayat: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami) untuk mengikuti jenazah, namun tidak ditekankan (larangan tersebut) terhadap kami.” [9]



Mayoritas pengikut madzhab Syafi’iyyah [10] dan sebagian pengikut madzhab Hanafiyyah [11] berpendapat seperti ini.

Kedua: Mubah tidak makruh.


Demikian pendapat mayoritas Hanafiyyah, Malikiyyah dan riwayat lain dari Al-Imam Ahmad rahimahullahu [12], berdalil dengan:
  1. Hadits dari Buraidah radhiallahu ‘anhu yang telah disebutkan di atas [13].
  2. Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha tentang ziarahnya ke kubur saudaranya Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhuma. [14]
  3. Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha juga yang dikeluarkan Al-Imam Muslim tentang doa ziarah kubur yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah [15] ketika ia berkata: “Apa yang aku ucapkan bila menziarahi mereka (penghuni kubur) wahai Rasulullah?” Beliau mengajarkan: “Katakanlah:

    السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ‏‎ ‎الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ‏‎ ‎وَالْمُسْلِمِيْنَ, يَرْحَمُ اللهُ‏‎ ‎الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا‎ ‎وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ وَإِنَّا‎ ‎إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ‏‎ ‎لاَحِقُوْنَ

    “Salam sejahtera atas penghuni negeri ini dari kalangan mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang belakangan. Insya Allah kami akan menyusul kalian. (HR. Muslim no. 2253, kitab Al-Jana`iz, bab Ma Yuqalu ‘inda Dukhulil Qubur wad Du’a li Ahliha)

  4. Hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata:

    مَرَّ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ‏‎ ‎عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ‏‎ ‎تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ, فَقَالَ:‏‎ ‎اتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِيْ.‏‎ ‎قَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّيِ‏‎ ‎فَإِنَّكَ لَمْ تُصِبْ‏‎ ‎بِمُصِيْبَتِيْ. وَلَمْ‏‎ ‎تَعْرِفْهُ. فَقِيْلَ لَهَا:‏‎ ‎إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ‏‎ ‎عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَتِ‏‎ ‎النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ‏‎ ‎وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ‏‎ ‎بَوَّابِيْنَ, فَقَالَتْ: لَمْ‏‎ ‎أَعْرِفْكَ. فَقَالَ: إِنَّمَا‎ ‎الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدَمَةِ )‏‎ [16‎] ‎الأُولَى

    “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur, maka Nabi pun menasehati si wanita: ‘Bertakwalah engkau kepada Allah [17] dan bersabarlah.’ Wanita itu menjawab dalam keadaan ia belum mengenali siapa yang menasehatinya: “Biarkan aku karena engkau tidak ditimpa musibah seperti musibahku (tidak merasakan musibah yang aku rasakan, –pen.).” Dikatakanlah kepada si wanita: “Yang menasehatimu adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Wanita itu (terkejut) bergegas mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak didapatinya penjaga pintu di sisi (pintu) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Aku tadi tidak mengenalmu,” katanya menyampaikan uzur. Nabi bersabda: “Hanyalah kesabaran itu pada goncangan yang pertama.” [18]

Ketiga: Haram.


Demikian pendapat sebagian pengikut madzhab Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanafiyyah, serta pendapat ketiga dari Al-Imam Ahmad [19], dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim, dengan dalil berikut:

  1. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata:
    >

    أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ‏‎ ‎عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ‏‎ ‎زَوَّارَاتِ الْقُبُوْرِ

    “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita-wanita yang banyak berziarah ke kuburan.” (HR. Ahmad 2/337, At-Tirmidzi no. 1056, kitab Al-Jana`iz, bab Ma Ja`a fi Karahiyati Ziyaratil Qubur lin Nisa`, Ibnu Majah no. 1576, kitab Al-Jana`iz, bab Ma Ja`a fin Nahyi ‘an Ziyaratin Nisa` Al-Qubur. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi dan Shahih Sunan Ibni Majah, Irwa`ul Ghalil no. 762)

  2. Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhuma berkata: “Kami mengubur mayat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah selesai, Rasulullah kembali pulang dan kami pun pulang bersama beliau. Ketika beliau bersisian dengan pintu rumahnya, beliau berdiri. Tiba-tiba kami melihat ada seorang wanita yang datang dan ternyata dia adalah Fathimah putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bertanya:

    مَا أَخْرَجَكِ مِنْ بَيْتِكِ يَا‎ ‎فَاطِمَةُ؟‎ ‎قَالَتْ: أَتَيْتُ أَهْلَ هَذَا‎ ‎الْبَيْتِ, فَتَرَحَّمْتُ‏‎ ‎إِلَيْهِمْ وَعَزَّيْتُهُمْ‏‎ ‎بِمَيِّتِهِمْ.‏‎ ‎قَال: لَعَلَّكِ بَلَغْتِ مَعَهُم‎ ‎الْكُدَى!‏‎ ‎قَالت: مَعَاذَ اللهِ أَنْ أَكُوْنَ‏‎ ‎بَلَغْتُهَا, وَقَدْ سَمِعْتُكَ‏‎ ‎تَذْكُرُ فِي ذلِكَ مَا تَذْكُرُ!‏‎ ‎فَقَال لَها: لَوْ بَلَغْتِهَا‎ ‎مَعَهُم مَا رَأَيْتِ الْجَنَّةَ‏‎ ‎حَتّى يَرَاهَا جَدُّ أَبِيْكِ !

    “Apa yang membuatmu keluar dari rumahmu, wahai Fathimah?” “Ya Rasulullah, aku mendatangi keluarga orang yang meninggal di rumah itu untuk mendoakan rahmat bagi mereka dan menghibur mereka (berta’ziyah) ,” jawab Fathimah. “Mungkin engkau sampai ke kuburan bersama mereka,” kata Rasulullah. “Aku berlindung kepada Allah dari melakukan hal itu. Sungguh aku telah mendengar apa yang engkau sabdakan dalam masalah itu,” jawab Fathimah. “Seandainya engkau sampai mendatangi kuburan bersama mereka, niscaya engkau tidak akan melihat surga sampai surga itu bisa dilihat oleh kakek ayahmu,” sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. An-Nasa`i no. 1880, kitab Al-Jana`iz, bab An-Na’yu, namun hadits ini dhaif sebagaimana dalam Dha’if Sunan An-Nasa`i)



    Yang rajih (kuat) dari perselisihan yang ada, wallahu a’lam, adalah pendapat yang membolehkan ziarah kubur bagi wanita bahkan hukumnya mustahab sebagaimana laki-laki, dengan beberapa alasan yang akan kami bawakan pada edisi mendatang, Insya Allah.

-------------------------------------------------------------------
Footnote:


[1] Akan dijelaskan nantinya.

[2] Hujran atau hujr adalah ucapan-ucapan yang batil (Al-Majmu, 5/285) atau kata-kata yang keji/kotor, termasuk juga banyak berbicara yang tidak sepantasnya. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, hal. 986)

[3] HR. An-Nasa`i dalam Sunan-nya no. 2033, kitab Al-Jana`iz, bab Ziyaratul Qubur, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An-Nasa`i.

[4] HR. Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2256, kitab Al-Jana`iz, bab Isti`dzanun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Rabbahu Subhanahu wa Ta’ala fi Ziyarati Qabri Ummihi.

[5] HR. Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 5/355.

[6] HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/376.

[7] Al-Iqna’ fi Masa`ilil Ijma’ 1/190, karya Ibnul Qaththan.

[8] Sebagaimana dinukil dari Al-Mughni, kitab Al-Jana`iz, mas’alah: Qala: Wa Tukrahu lin-Nisa` dan Jami’ul Fiqh lil Imam Ibni Qayyim Al-Jauziyyah, 2/497.

[9] HR. Al-Bukhari no. 1278 kitab Al-Jana`iz, bab Ittiba’in Nisa` Al-Jana`iz dan Muslim no. 2163, 2164, kitab Al-Jana`iz, bab Nahyin Nisa` ‘anit Tiba’il Jana`iz.

[10] Al-Majmu’ 5/285.

[11] Raddul Mukhtar 1/151.

[12] Al-Mughni, kitab Al-Jana`iz, mas’alah: Qala: Wa Tukrahu lin-Nisa` dan Jami’ul Fiqh lil Imam Ibni Qayyim Al-Jauziyyah, 2/497.

[13] Yaitu hadits:

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ‏‎ ‎الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

[14] Akan dijelaskan nantinya.

[15] Hadits ini dan hadits Anas setelahnya, kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu, termasuk dalil yang menunjukkan ziarah kubur itu tidak diharamkan bagi wanita. (Al-Majmu’, 5/286)‎

‎[16] ‎ الصَّدَمَةُ ‎‏makna asalnya adalah pukulan pada sesuatu yang keras, kemudian digunakan secara majaz pada segala yang dibenci/tidak disukai yang terjadi dengan tiba-tiba. (Syarhu Muslim 6/227)

[17] Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Yang dzahir di sini, tangisan si wanita melebihi perkara yang dibolehkan berupa niyahah dan selainnya, karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk bertakwa (kepada Allah).” (Fathul Bari 3/184)

[18] HR. Al-Bukhari no. 1283 dan Muslim no. 626.

[19] Al-Imam Ahmad diketahui memang memiliki tiga pendapat dalam masalah ini.

[20] Bedakan antara lafadz: ‎زَوَّارَات dengan زَائرَات.‏‎ Lafadz زَوَّارَات merupakan shighat mubalaghah (berlebih-lebihan) artinya wanita-wanita yang banyak atau sering berziarah. Sehingga bila hanya sesekali mereka melakukan ziarah tidaklah mereka dikatakan زَوَّارَات, tetapi dikatakan زَائرَات yang maknanya wanita-wanita yang berziarah.

Sumber: http://www.asysyariah.com/syariah.
Wong Gunong Pendaki doyan ngopi :)
TERIMA KASIH KUNJUNGANNYA

Semoga atikel berjudul Hukum Ziarah Kubur bagi Wanita (1) ini bermanfaat. Jika ingin mengambil sebagian atau keseluruhan isi artikel, silahkan menyertakan dofollow link ke >>
Buka Komentar

0 response to "Hukum Ziarah Kubur bagi Wanita (1)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel