Syaikhuna Al Mujaddid Muhammad Faruq As-Sahrondy RA
adalah mutiara dari mahkota pengetahuan para wali. Beliau adalah perbendaharaan yang berharga dari wali terdahulu dan yang akan datang. Di dalam diri beliau terkombinasi semua sifat dan kebaikan mereka.
Syekh Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi q.s. adalah Sinai dari perwujudan Ilahi, Sidrathul Muntaha dari pengetahuan yang unik, dan air terjun dari pengetahuan yang tersembunyi dari para Nabi. Beliau adalah Ulama yang sangat jenius dan Sultan di muka bumi, yang terlahir dalam keadaan tersenyum dan dimuliakan. Beliau adalah pembimbing sempurna yang disempurnakan. Beliau adalah muadzin yang memangil orang-orang ke Hadirat-Nya. Kutub Utama dan Imam surgawi yang unik.
Syaikh Ahmad ? menghidupkan agama di milenium kedua, pemimpin kami dan guru besar kami, putra dari Syaikh Abdul Ahad ?, putra dari Zainal Abidin, putra dari Abdul Hayy, putra dari Muuhammad, putra dari Habib Allah, putra dari Rafiudin, putra dari Nur, putra dari Sulaiman, putra dari Yusuf, putra dari Abdullah, putra dari Ishaq, putra dari abdullah, putra dari Syuaib, putra dari Ahad, putra dari Yusuf, putra dari Syihabudin, putra dari Nasrudin, putra dari Mahmud, putra dari Sulayman, putra dari Masud, putra dari Abdullah al-Waiz al-Saghari, putra dari Abdullah, putra dari Abdul Fatah, putra dari Ishaq, putra dari Ibrahim, putra dari Nasir, putra dari Abdullah, putra dari Amirul Mukminin, Khalifah Nabi e, Umar al-Faruq RA.
Beliau lahir di hari Asyura, 10 Muharam 971H/1564M, di sebuah desa bernama Sihar Nidbasin. Daerah itu disebut juga Sirhindi atau Lahore, sekarang di Pakistan. Beliau menerima pengetahuan dan pendidikan dari ayahnya dan melalui para Syaikh di zamannya. Beliau menguasai dengan cepat tiga Jalan spiritual: Suhrawardi, Chisti, dan Qadiri. Beliau diizinkan untuk mulai membimbing pengikut dari ketiga Jalan tersebut pada usia 17 tahun. Beliau sangat aktif dalam menyebarkan ajaran dari ketiga jalan tersebut dan membimbing pengikutnya, tetapi tetap beliau merasakan ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya dan beliau melakukan pencarian tanpa henti untuk itu.
Beliau tertarik dengan Thariqat Naqsybandi, karena beliau dapat melihat dengan pengetahuan dari ketiga jalan yang beliau kuasai bahwa Naqsybandi adalah jalan yang paling tinggi. Proses pencarian spritual ini akhirnya membawa beliau ke hadapan Kutub Spritual di zamannya, Syaikh Muhammad al-Baqi ?, yang dikirim oleh dari Samarqand ke India oleh Syaikh beliau, Syaikh Muhammad al-Amkanaki ?. Beliau mempelajari ajaran Naqsybandi dari Syaikh Muhammad Baqi dan tinggal bersamanya selama dua bulan atau terkadang beberapa hari, hingga tiba saatnya Syaikh Muhammad al-Baqi ? membukakan hatinya, dan mengisinya dengan ajaran yang tersembunyi dari jalan ini dan memberi izin untuk membimbing murid-muridnya di jalan ini. Syaikh Muhammad al-Baqi ? berkata tentang diri beliau, dia adalah kutub spiritual tertinggi.
Prediksi tentang beliau
Rasulullah mengatakan dalam salah satu haditsnya, akan hadir seseorang di antara umatku yang dipanggil dengan silah (penghubung). Dengan syafa`atnya, banyak orang yang akan diselamatkan. ini terdapat di kumpulan hadits Suyuti, Jam al-Jawami. Yang membuat ini menjadi hal yang benar adalah ketika Syaikh Ahmad al-Faruqi ? berkata tentang dirinya, Allah I telah menjadikan diriku silah (penghubung) antara dua samudra, ini berarti bahwa Allah I telah membuat beliau sebagai penghubung antara dua pengetahuan, yaitu pengetahuan eksternal dan internal.
Syaikh Mir Husamudin ? berkata, aku melihat Rasulullah e dalam mimpiku berdiri di mimbar dan memuji Syaikh Ahmad Sirhindi ?. Rasulullah e berkata, aku bangga dan bahagia dengan hadirnya dia di umatku. Tuhan telah menciptakan dia menjadi seorang pembangkit agama.
Para awliya telah memprediksi kemunculan beliau. Salah satunya adalah Syaikh Ahmad al-Jami ?, yang berkata, setelah aku akan muncul 17 pria dari hamba Allah I, semuanya bernama Ahmad, dan yang terakhir dari mereka akan menjadi kepala dari milenium. Dia akan menempati posisi puncak di antara mereka, dia akan menerima pengetahuan yang tersembunyi. Dia akan membangkitkan agama.
Prediksi lainnya adalah dari Syaikh Muhammad al-Amkanaki ?, yang berkata kepada khalifahnya, seseorang dari India akan muncul. Dia akan menjadi Imam di masanya. Dia akan engkau latih, segera temui dia, karena para hamba Allah I telah menanti kedatangannya. Muhammad al-Baqi berkata, Itulah sebabnya aku pindah dari Bukhara (Rusia) ke India.
Dan ketika mereka bertemu, beliau berkata kepada Syaikh Ahmad al-Faruqi ?, Engkau adalah orang yang dimaksud oleh Syaikh al-Amkanaki ?. Ketika aku melihat engkau, aku tahu bahwa engkau adalah kutub spiritual di masamu. Ketika aku memasuki daerah Sirhindi di India, aku menemukan lampu yang sangat besar dan sangat terang hingga cahayanya mencapai langit. Semua orang mengambil cahaya dari cahaya itu, engkau adalah lampu itu.
Juga dikatakan oleh syaikh dari ayahnya, Syaikh Abdul Ahad ?, yang saat itu merupakan syaikh dari Thariqat Qadiri, bahwa beliau pernah diberikan sebuah jubah dari Syaikhnya sebelumnya yang mewarisinya dari pembimbing agung, Syaikh Abdul Qadir Jailani ?. Beliau berkata kepada penerusnya, Simpanlah jubah ini untuk seseorang yang akan muncul di akhir milenium pertama. Namanya Ahmad. Dia akan membangkitkan agama. Aku telah menghiasi dia dengan seluruh rahasiaku. Dia akan mengkombinasikan pengetahuan eksternal dan internal di dalam dirinya.
Pencarian sang Raja dan Raja pencari
Pandangan dan Pendakian Spiritual Beliau
Syaikh Ahmad al-Faruqi ? berkata, Untuk engkau ketahui bahwa sesungguhnya para penjaga surgawi menarik perhatian diriku karena mereka ingin aku tertarik pada mereka. Mereka mempersiapkan diriku dalam perjalanan menembus ruang dan waktu di berbagai tingkatan dari para pencari. Aku menemukan bahwa Tuhan adalah esensi dari semua materi, sebagaimana orang-orang Sufi telah menyatakannya. Kemudian aku menemukan Tuhan di dalam setiap materi tanpa adanya inkarnasi. Aku menemukan Tuhan bersama semua materi. Aku melihat Tuhan di atas segalanya.
Kemudian aku melihat Tuhan dan aku tidak melihat ada yang lain. Ini adalah maksud dari kesaksian atas keesaan, yang juga merupakan tingkatan nihil (noneksistensi/fana). Ini adalah tingkat pertama dalam kewalian, dan merupakan tingkatan tertinggi di permulaan Jalan ini. Panorama ini muncul pertama di horison, kemudian di dalam diriku. Kemudian aku diangkat ke tingkat kekekalan (eksistensi/baqa), ini adalah tingkat kedua dalam kewalian.
Ini adalah level di mana para wali banyak yang tidak membicarakannya karena mereka tidak menggapainya. Mereka semua berbicara tentang level nihil (noneksistensi/fana), tetapi setelah tingkatan ini adalah level kekekalan (eksistensi/baqa). Di level ini, aku menemukan esensi dari semua ciptaan adalah Tuhan dan esensi dari Tuhan adalah esensi dari diriku. Aku menemukan Tuhan di semua bentuk, tetapi dalam realitasnya di dalam diriku. Aku diangkat ke tingkat yang lebih tinggi, untuk menemukan bahwa Tuhan bersama dengan semua ciptaan, tetapi dalam realitasnya Dia bersama dengan diriku.
Kemudian aku diangkat untuk melihat bahwa Dia mendahului segalanya, tetapi sesungguhnya Dia mendahului diriku. Aku kemudian diangkat lagi ke tingkatan bahwa Tuhan mengikuti segalanya. Tetapi dalam realitasnya Dia mengikuti aku. Aku melihat Dia di dalam semua ciptaan namun realitasnya Dia di dalam diriku. Kemudian aku melihat semua ciptaan dan aku tidak melihat Tuhan dan ini adalah akhir dari semua tingkatan kewalian di mana mereka membawa aku kembali ke permulaan. Kesimpulannya, mereka mengangkat diriku ke level nihil (noneksistensi/fana), kemudian ke level kekekalan (eksistensi/ baqa), kemudian mereka membawaku kembali ke level umum (awam) ini adalah level tertinggi dalam membimbing umat ke Hadirat Ilahi. Ini adalah tingkat sempurna dalam bimbingan, karena cocok dengan tingkat pemahaman manusia.
Hari ini aku telah menemani seseorang yang telah menggapai akhir dari akhir, kutub spiritual dari semua ciptaan, manusia yang sempurna, Syaikh Muhammad al-Baqi ?. Melalui diri beliau aku menerima berkah yang luar biasa. Dengan berkahnya, aku dianugerahi kekuatan untuk menarik perhatian yang mengizinkan aku untuk menyentuh semua manusia yang telah diciptakan Tuhan. Aku telah diberikan kehormatan untuk mencapai suatu tingkat yang mengkombinasi tingkatan akhir dan tingkatan awal.
Aku telah mencapai semua tingkat dari para pencari dan aku telah mencapai akhir, ini adalah makna dari mencari nama dari ar-Rabb (Yang Maha Mendukung) dengan dukungan dari Singa Allah I (Asad Allah), Ali bin Abi Thalib y, semoga Allah I memberkahi wajahnya. Aku diangkat ke tingkat Singgasana Ilahi, ini adalah tingkatan Realitas dari kebenaran Muhammad e. Dengan dukungan Syah Bahauddin Naqsyband ?. Kemudian aku diangkat lebih tinggi lagi , ke tingkat keindahan, ini adalah level kebenaran (haqiqi) dari kutub spiritual Muhammad e, dengan dukungan roh Nabi e yang suci.
Aku didukung oleh Syaikh Alauddin al-Attar, dari beliau aku menerima tingkatan dari kutub spritual terbesar dari hadirat Muhammad e. Kemudian perhatian surgawi dari Allah I menarik diriku. Kemudian aku mendaki menuju sebuah tingkatan yang jauh sebelum kutub spiritual, spesial, dan tingkatan keaslian. Di sini dukungan dari pemberi syafaat Agung , Syaikh Abdul Qadir Jailani ?, mendorong aku ke tingkatan keaslian dari yang asli.
Kemudian aku diperintahkan untuk kembali ke bawah, di mana selama dalam perjalanan menurun, aku melewati ke-39 jalan spiritual yang berbeda dari Naqsybandi dan Qadiri. Aku melihat tingkatan semua Syaikh dari thariqat tersebut. Mereka menyambut dan memberi penghormatan kepadaku. Mereka kemudian memberiku semua perbendaharaan dan pengetahuan mereka yang berharga, yang menyebabkan terbukanya tabir dari realitas yang sebelumnya belum pernah diungkapkan kepada orang lain di zamanku. Kemudian dalam perjalanan kembali, aku bertemu Khidir as, beliau menghiasai diriku dengan pengetahuan surgawi sebelum aku mencapai tingkat kutub spiritual.
Aku mendaki di berbagai waktu. Suatu saat aku mendaki di atas Singgasana Ilahi. Aku diangkat sejauh jarak yang sama antara singgasana Ilahi dengan bumi. Di sana aku melihat maqam (tempat) Syah Naqsyband ?, kemudian aku melihat maqam di bawah maqam beliau yang merupakan maqam dari berbagai syaikh. Di atas maqam beliau, aku melihat maqam imam dari keluarga Rasulullah e dan para khalifah yang adil. Aku melihat maqam para Nabi di satu sisi dan di sisi lainnya maqam Nabi kita Muhammad e. Aku melihat semua malaikat mengelilingi mereka. Pendakian seperti ini sering terjadi pada diriku.
Tentang Perjalanan Hidupnya
Abu Dawud, di dalam kitab hadits yang autentik meriwayatkan bahwa Rasulullah e bersabda, di setiap permulaan abad, Allah I akan mengirimkan seseorang untuk membangkitkan agama. jadi, adalah berbeda antara pembangkit setiap abad dan pembangkit setiap milenium. Ini seperti perbedaan seratus dengan seribu.
Ahmad al-Faruqi berkata, Dalam suatu panorama spiritual, Rasulullah e memberikan kabar baik kepadaku, engkau akan menjadi pewaris spiritual dan Allah I akan memberikan otoritas untuk memberi syafaat atas ratusan ribu orang pada saat hari kiamat nanti. Beliau meletakkan tangannya yang mulia pada diriku dan memberikan otoritas untuk membimbing umat, dan beliau berkata kepadaku, belum pernah sebelumnya aku memberikan otoritas untuk membimbing umat.
Pengetahuan yang muncul dariku berasal dari level kewalian. Aku menerimanya dari cahaya Nabi Muhammad e. Para wali biasa tidak mampu mengemban pengetahuan seperti ini, karena ini di luar pengetahuan para wali. Ini adalah esensi dari pengetahuan agama dan esensi dari pengetahuan tentang esensi Tuhan dan atributnya. Tidak seorang pun sebelumnya membicarakan hal ini dan Tuhan telah menganugerahi aku untuk menjadi pembangkit agama di milenium kedua ini.
Allah I telah mengungkapkan kepadaku tentang rahasia-rahasia dari ke-Esaan Yang Mutlak, Dia mencampurkan berbagai macam pengetahuan spiritual dan penjelasannya ke dalam hatiku. Dia mengungkapkan rahasia-rahasia dari ayat-ayat al-Qur'an kepadaku, sehingga dari setiap huruf aku dapat menemukan samudra pengetahuan yang mengarah kepada Dzat Tuhan Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Agung. Jika saja aku mengeluarkan makna dari satu ayat dalam al-Qur'an maka orang-orang akan memenggal leherku, seperti yang telah mereka lakukan kepada al-Hallaj dan Ibnu Arabi. Ini adalah maksud dari hadits Rasulullah e di dalam Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah y, Nabi e telah mencampurkan dua macam pengetahuan ke dalam hatiku, satu untuk aku sampaikan kepada yang lainnya, dan yang satu lagi jika aku sampaikan, maka mereka akan memenggal leherku.
Allah I Yang Maha Kuasa dan Agung, telah menunjukan semua nama yang akan memasuki Jalan kami ini kepadaku, dari zaman Abu Bakar ash-Shiddiq y hingga hari kiamat nanti, baik laki-laki atau perempuan, semuanya akan memasuki Surga, dengan perantaran syafaat dari para syaikh di thariqat ini.
Al-Mahdi u akan menjadi salah satu pengikut thariqat ini. Suatu hari aku berada bersama pengikutku berdzikir bersama. Dalam hati aku merasa telah melakukan kesalahan. Kemudian Tuhan membukakan mataku, akuu telah mengampuni siapa pun yang duduk bersamamu dan siapa saja yang meminta perantaraan darimu. Allah I telah menciptakan aku dari sisa cahaya penciptaan Nabi Muhammad e. Ka'bah terkadang datang dan melakukan thawaf mengelilingiku. Allah I Yang Maha Kuasa berfirman kepadaku, siapa pun yang telah engkau lakukan shalat jenazah untuknya, akan diampuni dan siapa pun yang bercampur tanah kuburannya dengan kuburanmu, akan diampuni.
Allah I berfirman, aku telah memberikan anugerah spesial dan kesempurnaan yang tidak seorang pun akan menerimanya hingga saatnya Imam Mahdi u muncul. Allah I memberiku kekuatan luar biasa untuk membimbing. Jika aku arahkan kepada pohon yang mati, niscaya pohon itu akan menjadi hijau.
Keajaiban Beliau
Salah satu Syaikh besar menulis surat kepada beliau, adakah para Sahabat menerima pengetahuan seperti tingkat yang engkau telah capai dan bicarakan? Jika begitu, adakah mereka menerimanya langsung pada saat yang sama atau di berbagai waktu terpisah? Ahmad al-Faruqi ? menjawab, aku tidak bisa memberikan sebuah jawaban sekarang kecuali engkau bersedia datang ke tempatku.
Ketika Syaikh itu datang, seketika itu juga beliau membuka hijab hakikat spiritual kepada Syaikh tersebut dan membersihkan kegelapan dari hatinya hingga Syaikh tersebut jatuh bersujud di kaki beliau dan berkata, aku percaya, aku percaya! Aku bisa melihatnya sekarang bahwa para Sahabat menerimanya hanya dengan melihat Rasulullah e.
Suatu saat Ahmad al-Faruqi ? diundang di bulan Ramadhan oleh sepuluh muridnya untuk berbuka bersama dengan mereka. Beliau menerima semua undangan tersebut. Ketika saat buka puasa bersama tiba, beliau hadir di setiap rumah muridnya, berbuka bersama dan mereka semua melihat beliau di waktu yang sama.
Beliau melihat ke langit dan saat itu hujan. Beliau berkata, wahai hujan, berhentilah dari jam ini hingga jam ini, jan pun berhenti tepat sesuai dengan waktu yang beliau katakan dan setelah itu hujan turun kembali. Raja memerintahkan seseorang untuk dieksekusi. Laki-laki itu datang kepada Syaikh Ahmad al-Faruqi ? dan berkata, mohon tulislah surat agar aku dibebaskan dari eksekusi. beliau menulis ke Sultan, jangan eksekusi laki-laki ini. sultan sangat takut dan mengampuni orang itu.
Syaikh Ahmad al-Faruqi ? berkata, Aku telah bertemu secara spiritual dengan Imam Abu Hanifa, seluruh guru, dan seluruh muridnya. Aku belajar dari Imam Abu Hanifa dan mereka tentang mazhab Hanafi. Dan aku telah bertemu dengan Imam Syafii, seluruh guru dan muridnya, dan aku telah mempelajari Mazhab Syafii dari mereka. Aku menjadi ahli di kedua mazhab tersebut dan aku bisa memberikan penilaian dari kedua mazhab tersebut. Aku diberi wewenang untuk melakukan inisiasi (bay`at) dalam tiga thariqat sufi: Naqsybandi, Suhrawardi dan Chisti.
Beliau sangat terkenal sebagai cendikiawan, sehingga membuat ulama berpengetahuan eksternal (ulama fiqih) di zamannya menjadi cemburu. Mereka mengadu kepada Raja dan mengatakan, dia telah mengatakan sesuatu yang tidak ada di dalam agama. Mereka memaksa Raja untuk memenjarakannya. Beliau lalu dipenjara selama tiga tahun. Putra beliau, Syaikh Sayyid ? berkata, Beliau berada dalam penjagaan yang ketat. Penjaga berkeliling setiap saat di setiap sudut ruangan. Tetap saja setiap Jumat beliau terlihat di masjid agung. Meski penjagaan semakin diperketat, beliau selalu menghilang dan muncul di masjid. akhirnya mereka memahami bahwa mereka tidak bisa memenjarakannya dan kemudian mereka pun melepaskannya.
Dari Buku-Buku Karya Beliau
Syaikh Ahmad al-Faruqi ? menulis banyak buku, salah satunya yang terkenal adalah Maktubat, di dalamnya beliau menulis: Untuk diketahui bahwa sesungguhnya Allah I telah meletakan kepada kita kewajiban dan larangan-Nya. Allah I berfirman, Apa pun yang diberikan oleh Rasulullah e kepadamu, ambilah, dan apa pun yang beliau tahan darimu, tinggalkanlah [59:7].
Jika kita ingin jujur dalam hal ini, berarti kita harus menggapai tingkatan noneksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan. Tanpa ini kita tidak akan mencapai tingkat kepatuhan, sebab itu kita di bawah kewajiban lainnya, yaitu mencari Jalan Sufisme, karena Jalan ini akan membimbing kita menuju tingkatan noneksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan.
Setiap jalan mempunyai cara yang berbeda dalam soal kesempurnaan, tetapi tetap saja mereka mengajarkan untuk selalu menjaga sunnah dari Nabi Muhammad e dan mempunyai definisi sendiri tentang itu. Jalan kita, melalui para Syaikhnya, meminta kita untuk menjaga seluruh sunnah dari Nabi Muhammad e dan meninggalkan hal-hal yang dilarang.
Para Syaikh kita tidak mengikuti jalan yang mudah, melainkan bertahan untuk melalui jalan yang sulit. Di dalam setiap pencarian, mereka selalu menjaga arti dari ayat yaitu orang yang tidak lalai mengingat Tuhan walaupun sedang berniaga atau jual beli.[24:37]
Di dalam perjalanan untuk mengungkapkan Tabir Hakikat Ilahi, para pencari bergerak melalui beragam tingkat pengetahuan dan kedekatan kepada Tuhan. Bergerak menuju Allah I adalah perpindahan secara vertikal dari tingkatan yang rendah menuju tingkatan yang tinggi hingga pergerakan itu melewati batas ruang dan waktu dan semua tingkat bercampur menjadi satu yang disebut pengetahuan yang dibutuhkan dari Tuhan, ini juga disebut noneksistensi (fana). Bergerak di dalam Allah I, adalah tingkat di mana para pencari bergerak dari tingkatan Nama dan Atribut Ilahi menuju tingkat yang sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata atau simbol. Ini adalah tingkat dari Kekekalan di dalam Allah I (baqa).
Bergerak dari Allah I, adalah tingkat di mana para pencari kembali dari kehidupan surgawi menuju kehidupan sebab dan akibat, berjalan menurun dari pengetahuan yang tertinggi menuju tempat terendah. Di sini seorang pencari akan melupakan Allah I dengan Allah I dan dia mengetahui Allah I dengan Allah I dan dia akan kembali dari Allah I menuju Allah I. Ini disebut tingkatan terjauh dan terdekat.
Bergerak di dalam materi adalah bergerak bersama seluruh ciptaan. Ini menambah pengetahuan mengenai kedekatan seluruh elemen dan tingkatan di dunia ini setelah musnah di tingkat nihil (noneksistensi/fana). Di sini para pencari bisa meraih tingkatan bimbingan, dan ini adalah tingkatan para Nabi dan orang-orang yang mengikuti jejak Nabi Muhammad e. Ini membawa pengetahuan Ilahi ke dalam dunia seluruh ciptaan untuk menegakkan bimbingan.
Seluruh proses ini seperti memasukan benang ke jarum. Benang mencari mata jarum, melewati dan balik kembali ke titik awal, dan akhirnya bertemu dua ujungnya, membentuk simpul dan membuat benang tidak terlepas. Semuanya membentuk secara keseluruhan, benang, mata, dan jarum dan setiap bahan yang dijahit menjadi bentuk yang menyatu.
Para Syaikh Naqsybandi ? memilih untuk membimbing murid-muridnya, pertama melalui pergerakan dari Allah I, berjalan dari tempat tertinggi menuju tempat terendah. Ini berguna untuk menjaga terungkapnya hijab panorama spiritual dari para murid, baru kemudian melepaskan hijab tersebut pada langkah terakhir. Jalan Spiritual yang lain memulai dari perjalanan menuju Allah I, bergerak dari tempat terendah menuju tempat tertinggi, serta melepaskan hijab panorama spiritual pada langkah pertama.
Telah disebutkan di dalam hadits dari Nabi Muhammad e, Para ulama adalah pewaris dari para Nabi. Pengetahuan para Nabi ada dua macam: pengetahuan tentang hukum-hukum dan pengetahuan rahasia. Para ulama tidak bisa disebut pewaris jika dia tidak mewarisi kedua pengetahuan tersebut. Jika dia hanya menguasai satu macam pengetahuan, maka dia tidak komplit. Pewaris sejati sesungguhnya adalah yang menguasai pengetahuan dari hukum-hukum dan pengetahuan rahasia dari para Nabi, dan hanya para Wali yang menerima dan dilindungi warisannya.
Syekh Ahmad al-Faruqi q.s. meninggalkan banyak buku. Beliau meninggal pada tanggal 17 Safar 1034H/1624M, pada usia 63 tahun. Beliau dikuburkan di desa Sirhindi. Beliau adalah Syaikh dari empat Thariqat Sufi: Naqsybandi, Qadiri, Chisti dan Suhrawardi. Beliau lebih memilih Naqsybandi, karena beliau berkata, “Naqsybandi adalah ibu dari semua Thariqat Sufi”. Beliau memberikan rahasia dari mata rantai emas kepada Syaikh Muhammad Ma`sum q.s
0 response to "Syaikhuna Al Mujaddid Muhammad Faruq As-Sahrondy RA"
Post a Comment