Prinsip Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah IV

Kesendirian dalam Kerumusan (“Khalwat dar Anjuman”)


“Khalwat” berarti menyepi. Artinya diluar bersama orang-orang meski didalam teteap bersama Tuhan. Ada dua kategori khalwat. Pertama ialah khlawat eksternal dan kedua ialah khalwat internal.

Khalwat eksternal mermerlukan para pencari agar menyepikan dirinya di suatu tempat tanpa kehadiran manusia. Tinggal seorang diri, konsentrasi dan meditasi untuk Zhikrullah, mengingat Tuhan, demi pencapaian suatu tingkat dimana Kerajaan Surga menjadi wujud. Kalau kalian merantai rasa eksternal, maka rasa internal akan bebas mencapai Kerajaan Surga. Hal ini akan membawa kalian ke kategori kedua : khalwat internal.

Khalwat internal artinya menyepi diantara manusia. Sehingga hati para pencari harus hadir bersama Tuhannya dan tidak bersama CiptaanNya, sementara ia hadir secara fisik diantara manusia. Dikatakan bahwa, “Para pencari akan melakukan Zikir hati secara mendalam, bahkan jika ia masuk kedalam kerumunan, maka ia tidak akan mendengar suara mereka. Tingkatkan Zikir begitu menguasinya.

Manifestasi Kehadirat Illahiah menarik dan membuatnya tidak sadar akan semua kecuali Tuhannya. Inilah tingkatan tertinggi khalwat, dan dianggap sebagai khalwat sesungguhnya, seperti ditulis dalam Qur’an Suci: “Seseorang yang urusan atau keuntungan tidak menariknya untuk bersama Tuhan” [24:37]. Ini adalah jalan Naqshbandi.

Khalwat terpenting dari para shaykh Naqshbandi adalah khalwat internal. Mereka bersama Tuhan tetapi juga terus bersama orang. Sesuai sabdan Nabi, “aku punya dua sisi: satu menghadap Penciptaku dan yang satunya menghadap ciptaan.” Shaikh Naqshband menekankan kebaikan dari perkumpulan ketika ia berkata: Tariqatuna as-suhbat wa-l-khairu fil-jamciyyat, “Jalan Kami adalah Pertemanan, dan Kebaikan ada dalam Perkumpulan.

Dikatakan bahwa orang beriman yang bisa bergaul dan ikut merasakan kesulitan orang lain adalah lebih baik dibandingkan dengan orang beriman yang menjauhi orang. Dalam hal tersebut Imam Rabbani berkata,

“Harus diketahui bahwa pencari, pada awalnya bisa melakukan khalwat eksternal untuk mengasingkan diri dari manusia, menghamba dan berkonsentrasi pada Allah, Yang Maha Kuasa dan Maha Agung, sampai ia mencapai tingkat yang lebih tinggi. Pada saat itu, ia akan dinasehati oleh shaikhnya, seperti kata Sayyid al-Kharraz, ‘Kesempurnaan bukanlah pertunjukkan kekuatan hebat, tetapi kesempurnaan ialah untuk duduk bersama diantara orang lain, menjual dan membeli, menikah dan punya anak; tanpa pernah sedetikpun melupakan kehadirat Allah.”

Yang ke empat adalah khalwat dar anjuman, merasa sendiri ditengah keramaian, atau hatinya selalu bersama-sama dengan Allah SWT walaupun jasadnya berada ditengah-tengah orang banyak. Keadaan ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa melalui latihan yang keras, diawali dengan banyak menyendiri lalu melakukan dzikir dan kontemplasi, atau berkhalwat selama tiga, lima, sepuluh, dua puluh dan empat puluh hari.

Untuk melatih ini Syaikhuna mengajarkan teknik dzikir : ‘Dikerjakan di tengah hutan tanpa ada orang lain atau di ruangan khusus, sikap berdiri menghadap kiblat, lemaskan dan matikan badan, lidah dilipat kelangit-langit lalu tutup kedua telinga dengan jari telunjuk, konsentrasikan kepada bunyi dengungan yang muncul dan isi dengan dzikir lathif … Allah … Allah … Allah, kerjakan terus sampai muncul adanya gerakan-gerakan yang indah.’
Wong Gunong Pendaki doyan ngopi :)
TERIMA KASIH KUNJUNGANNYA

Semoga atikel berjudul Prinsip Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah IV ini bermanfaat. Jika ingin mengambil sebagian atau keseluruhan isi artikel, silahkan menyertakan dofollow link ke >>
Buka Komentar

0 response to "Prinsip Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah IV"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel