Syaikhuna Khowajagan Al Imam Abdul Khaliq al-Ghujdawani R.A.
Dia dikenal sebagai Shaikh dengan berbagai Keajaiban, Yang Bersinar
Bagai Matahari, dan seorang Guru dengan tingkatan spiritualitas
tertinggi dijamannya.
Ia Pemilik Pengetahuan Yang Sempurna (carif kamil) dalam sufisme dan marifat. Ia dianggap sebagai Sumber Air Terjun Jalan Sufi Terhormat ini dan Sumber Mata Air Khwajagan (Guru Asia Tengah).
Ayahnya adalah Shaikh ‘ Abdul Jamil, salah seorang ulama terkenal di jaman Byzantine, baik dalam pengetahuan eksternal dan internal. Ibunya adalah seorang putri, anak dari raja Seljuk Anatolia. Abdul Khaliq dilahirkan di Ghujdawan, sebuah kota dekat Bukhara (sekarang Uzbekistan). Disanalah ia tinggal, hidup dan dimakamkan. Ia adalah keturunan Imam Malik ra.
Semasa kecil ia mempelajari Qur’an dan tafsirnya, ‘ilm al-Hadits (studi tentang Sunah Nabi), ilmu bahasa Arab, dan Jurisprudensi dibawah bimbingan Shaikh Sadrudin. Setelah menguasai ilmu Syariah, ia melanjutkan ke bidang jihad an-nafs, sampai ia mencapai tingkatan tinggi kemurnian. Kemudian ia pindah ke Damascus, dimana ia mendirikan sebuah sekolah yang berhasil meluluskan banyak murid. Masing-masing murid tersebut menjadi guru ilmu fiqih, hadits dan juga spiritualitas, baik di wilayah Asia Tengah dan Timur Tengah.
Penulis buku al-Hada’iq al-Wardiyya menceritakan bagaimana ia mencapai tingkatan tinggi didalam Rantai Emas: “Ia bertemu Khidr (as) dan menemaninya. Ia menerima pengetahuan surgawi dan menambahkannya pada pengetahuan spiritual yang telah diperolehnya dari shaikhnya, Yusuf al-Hamdani qs.
Suatu hari ketika ia membaca Qur’an dihadapan Shaikh Sadruddin, ia sampai pada ayat: “Ajaklah dengan kerendahan hati, dan melalui kerahasiaan hatimu. Jelas, ia tidak menyukai siapapun yang melanggar batas kebenaran” [7:55].
Ayat ini membuatnya segera bertanya kepada Shaikh Sadruddin tentang kenyataan dzikjr tanpa suara dan meotodenya. Abdul Khaliq kembali bertanya: “Pada Ziki bersuara, kau harus menggunakan lidah dan orang bisa mendengar dan melihatmu, sedangkan pada zhikr tanpa suara, Setan bisa mendengarmu, dimana Nabi bersabda dalam hadits: “Setan bergerak bebas didalam nadi Anak-anak Adam.’ Terus bagaimana, Oo…Shaikh Sadruddin, makna dari kalimat Ajak melalui kerahasiaan hatimu?” Shaikhnya menjawab: "O anakku, hal ini adalah pengetahuan surgawi yang tersembunyi, dan aku berdoa semoga Allah mengirim seorang wali bagimu untuk memberi jawaban bagi lidah dan hatimu mengenai realitas zikir rahasia".
Sejak saat itu Shaikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani menunggu doanya dikabulkan. Suatu hari ia bertemu Khidr yang berkata kepadanya, “Sekarang, anakku, aku telah mendapat ijin Nabi memberikan inspirasi kepada lidah dan hatimu, Zikir yang tersembunyi (dengan angkanya?).’ ia memerintahnya untuk merendam diri dalam air dan untuk memulai melakukan zikir dalam hati (LA ILLAHA ILLALLOH MUHAMMADUR RASULULLOH).
Ia melakukan zikir ini setiap hari, Sampai Cahaya ilahiah, Hikmah illahiah, Cinta ilahiah dan Ketertarikan Illahiah terbuka dalam hatinya. Karena anugerah itulah, orang mulai tertarik dengan Abdul Khaliq dan mengikuti jalannya, dan ia menerima mereka untuk ikut di jalan Nabi. Beliau adalah orang pertama dan guru di Jalan Sufi yang menjalankan Zikir Hati.
Ketika syaikh spiritualnya, al-Ghawth ar-Rabbani, Yusuf al-Hamdani, datang ke Bukhara, dia melayaninya. Dia bercerita, Ketika berusia 22 tahun, Shaikh Yusuf al-Hamadani memerintahkan Khidr agar terus menjagaku sampai wafatku.
Shaikh Muhammad Parsa, seorang teman dan penulis riwayat Shah Naqshband, menulis dalam bukunya Faslul – Kitab, bahwa metode Khwaja Abdul Khaliq al-Ghujdawani dalam berzikir dan dalam ajarannya tentang Kedelapan Prinsipnya digunakan oleh seluruh 40 tarekah sebagai jalan kebenaran dan kesetiaan yaitu suatu kesadaran dalam mengikuti Sunah Nabi tanpa inovasi dan tanpa mengikuti keinginan rendah ego. Karena hal itulah dia menjadi Guru pada jamannya dan Yang Pertama dalam jenis spiritual ini.
Reputasinya sebagai Guru spiritual menjadi tersohor. Tamu dari berbagai pelosok sering berkunjung. Dia mengumpulkan murid-murid yang tulus dan setia. Mengenai hal ini, dia menulis surat kepada anak laki-lakinya, al-Qalb al-Mubarak Shaykh Awliya al-Kabir, untuk merincikan panduan perilaku bagi para pengikut di Jalan ini.
Berikut ini adalah isi surat tersebut:
“O anakku, kusarankan agar kau mencari pengetahuan dan perilaku benar serta rasa takut kepada Allah. Ikuti jejak para Salaf (generasi pendahulu ) yang soleh. Pegang erat Sunah Nabi, dan berteman dengan orang beriman. Bacalah jurisprudensi dan riwayat hidup Nabi dan tafsir Qur’an. Hindari sifat sombong, dan lakukan ibadah shalat. Hati-hati dengan ketenaran dan bahayanya. Bergaulah diantara orang kebanyakan dan jangan mencari kedudukan. Jangan berteman dengan raja dan anak-anaknya maupun para innovator. Tetap diam, jangan makan ataupun tidur berlebihan. Larilah dari manusia seperti kau lari dari singa. Lakukan khalwat. Makan yang halal dan tinggalkan sikap ragu kecuali bila diperlukan. Hindari cinta dunia karena hal itu akan mematikan hati. Jangan mempermalukan siapapun. Jangan mengagumi dirimu. Jangan berdebat dengan orang. Jangan bertanya pada siapapun kecuali Allah. Jangan minta pelayanan orang lain. Layani shaikhmu dengan uang dan kekuatanmu dan jangan mengkritik tindakan mereka. Siapapun yang mengkritik mereka tidak akan aman karena ia tidak mengerti mereka. Lakukan perbuatan yang tulus dengan niat hanya untuk Allah. Berdoalah kepadaNya dengan kerendahan hati. Lakukan urusanmu sesuai aturan, jadikan masjid menjadi rumahmu perlakukan Temanmu Tuhanmu.”
Beliau meneruskan rantai emas ya g mulya kepada murid beliau Syaikh Arif Ar Riwukari RA
Ia Pemilik Pengetahuan Yang Sempurna (carif kamil) dalam sufisme dan marifat. Ia dianggap sebagai Sumber Air Terjun Jalan Sufi Terhormat ini dan Sumber Mata Air Khwajagan (Guru Asia Tengah).
Ayahnya adalah Shaikh ‘ Abdul Jamil, salah seorang ulama terkenal di jaman Byzantine, baik dalam pengetahuan eksternal dan internal. Ibunya adalah seorang putri, anak dari raja Seljuk Anatolia. Abdul Khaliq dilahirkan di Ghujdawan, sebuah kota dekat Bukhara (sekarang Uzbekistan). Disanalah ia tinggal, hidup dan dimakamkan. Ia adalah keturunan Imam Malik ra.
Semasa kecil ia mempelajari Qur’an dan tafsirnya, ‘ilm al-Hadits (studi tentang Sunah Nabi), ilmu bahasa Arab, dan Jurisprudensi dibawah bimbingan Shaikh Sadrudin. Setelah menguasai ilmu Syariah, ia melanjutkan ke bidang jihad an-nafs, sampai ia mencapai tingkatan tinggi kemurnian. Kemudian ia pindah ke Damascus, dimana ia mendirikan sebuah sekolah yang berhasil meluluskan banyak murid. Masing-masing murid tersebut menjadi guru ilmu fiqih, hadits dan juga spiritualitas, baik di wilayah Asia Tengah dan Timur Tengah.
Penulis buku al-Hada’iq al-Wardiyya menceritakan bagaimana ia mencapai tingkatan tinggi didalam Rantai Emas: “Ia bertemu Khidr (as) dan menemaninya. Ia menerima pengetahuan surgawi dan menambahkannya pada pengetahuan spiritual yang telah diperolehnya dari shaikhnya, Yusuf al-Hamdani qs.
Suatu hari ketika ia membaca Qur’an dihadapan Shaikh Sadruddin, ia sampai pada ayat: “Ajaklah dengan kerendahan hati, dan melalui kerahasiaan hatimu. Jelas, ia tidak menyukai siapapun yang melanggar batas kebenaran” [7:55].
Ayat ini membuatnya segera bertanya kepada Shaikh Sadruddin tentang kenyataan dzikjr tanpa suara dan meotodenya. Abdul Khaliq kembali bertanya: “Pada Ziki bersuara, kau harus menggunakan lidah dan orang bisa mendengar dan melihatmu, sedangkan pada zhikr tanpa suara, Setan bisa mendengarmu, dimana Nabi bersabda dalam hadits: “Setan bergerak bebas didalam nadi Anak-anak Adam.’ Terus bagaimana, Oo…Shaikh Sadruddin, makna dari kalimat Ajak melalui kerahasiaan hatimu?” Shaikhnya menjawab: "O anakku, hal ini adalah pengetahuan surgawi yang tersembunyi, dan aku berdoa semoga Allah mengirim seorang wali bagimu untuk memberi jawaban bagi lidah dan hatimu mengenai realitas zikir rahasia".
Sejak saat itu Shaikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani menunggu doanya dikabulkan. Suatu hari ia bertemu Khidr yang berkata kepadanya, “Sekarang, anakku, aku telah mendapat ijin Nabi memberikan inspirasi kepada lidah dan hatimu, Zikir yang tersembunyi (dengan angkanya?).’ ia memerintahnya untuk merendam diri dalam air dan untuk memulai melakukan zikir dalam hati (LA ILLAHA ILLALLOH MUHAMMADUR RASULULLOH).
Ia melakukan zikir ini setiap hari, Sampai Cahaya ilahiah, Hikmah illahiah, Cinta ilahiah dan Ketertarikan Illahiah terbuka dalam hatinya. Karena anugerah itulah, orang mulai tertarik dengan Abdul Khaliq dan mengikuti jalannya, dan ia menerima mereka untuk ikut di jalan Nabi. Beliau adalah orang pertama dan guru di Jalan Sufi yang menjalankan Zikir Hati.
Ketika syaikh spiritualnya, al-Ghawth ar-Rabbani, Yusuf al-Hamdani, datang ke Bukhara, dia melayaninya. Dia bercerita, Ketika berusia 22 tahun, Shaikh Yusuf al-Hamadani memerintahkan Khidr agar terus menjagaku sampai wafatku.
Shaikh Muhammad Parsa, seorang teman dan penulis riwayat Shah Naqshband, menulis dalam bukunya Faslul – Kitab, bahwa metode Khwaja Abdul Khaliq al-Ghujdawani dalam berzikir dan dalam ajarannya tentang Kedelapan Prinsipnya digunakan oleh seluruh 40 tarekah sebagai jalan kebenaran dan kesetiaan yaitu suatu kesadaran dalam mengikuti Sunah Nabi tanpa inovasi dan tanpa mengikuti keinginan rendah ego. Karena hal itulah dia menjadi Guru pada jamannya dan Yang Pertama dalam jenis spiritual ini.
Reputasinya sebagai Guru spiritual menjadi tersohor. Tamu dari berbagai pelosok sering berkunjung. Dia mengumpulkan murid-murid yang tulus dan setia. Mengenai hal ini, dia menulis surat kepada anak laki-lakinya, al-Qalb al-Mubarak Shaykh Awliya al-Kabir, untuk merincikan panduan perilaku bagi para pengikut di Jalan ini.
Berikut ini adalah isi surat tersebut:
“O anakku, kusarankan agar kau mencari pengetahuan dan perilaku benar serta rasa takut kepada Allah. Ikuti jejak para Salaf (generasi pendahulu ) yang soleh. Pegang erat Sunah Nabi, dan berteman dengan orang beriman. Bacalah jurisprudensi dan riwayat hidup Nabi dan tafsir Qur’an. Hindari sifat sombong, dan lakukan ibadah shalat. Hati-hati dengan ketenaran dan bahayanya. Bergaulah diantara orang kebanyakan dan jangan mencari kedudukan. Jangan berteman dengan raja dan anak-anaknya maupun para innovator. Tetap diam, jangan makan ataupun tidur berlebihan. Larilah dari manusia seperti kau lari dari singa. Lakukan khalwat. Makan yang halal dan tinggalkan sikap ragu kecuali bila diperlukan. Hindari cinta dunia karena hal itu akan mematikan hati. Jangan mempermalukan siapapun. Jangan mengagumi dirimu. Jangan berdebat dengan orang. Jangan bertanya pada siapapun kecuali Allah. Jangan minta pelayanan orang lain. Layani shaikhmu dengan uang dan kekuatanmu dan jangan mengkritik tindakan mereka. Siapapun yang mengkritik mereka tidak akan aman karena ia tidak mengerti mereka. Lakukan perbuatan yang tulus dengan niat hanya untuk Allah. Berdoalah kepadaNya dengan kerendahan hati. Lakukan urusanmu sesuai aturan, jadikan masjid menjadi rumahmu perlakukan Temanmu Tuhanmu.”
Beliau meneruskan rantai emas ya g mulya kepada murid beliau Syaikh Arif Ar Riwukari RA
0 response to "Syaikhuna Khowajagan Al Imam Abdul Khaliq al-Ghujdawani R.A."
Post a Comment